MIKOSIS
(Penyakit yang
Disebabkan oleh Jamur)
Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya
diketahui dapat mengakibatkan mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan
manusia. Mikosis dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia,
yaitu mikosis superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik
(profunda). Infeksi yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks
dalam skala ringan atau berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya
makanisme infeksi skunder akibat mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting
sebagai pertahanan dari mikosis, namun demikian pengobatan-pengobatan pada
spesifikasi tertentu sangat menunjang proses penyembuhan.
A.
Mikosis
Superfisial, Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada
daerah superfisial, yaitu kulit, rambut, kuku.
1.
Tinea versicolor
: Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan
Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai
panu.
Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa
gatal pada kulit dada, punggung, axila leher dan perut bagian atas. Daerah yang
terserang akan mengalami depigmentasi.
Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan
pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan
setiap dua hari selama 15 menit kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan
dengan kateter adalah dengan mengangkat kateter yang terpasang.
Diagnosa
Dengan pemeriksaan bahan pemeriksaan kerokan
kulit yang mengalami kelainan.
a)
Pemeriksaan langsung
dengan KOH 10 %
Kulit yang mengalami
kelainan dilakukan kerokan dengan alat skalpel yang sudah disterilkan dengan
alkohol 70 %. Hasil kerokan ditampung pada cawan petri steril atau kertas
steril, dan dilakukan pemeriksaan dengan cara diambil dengan ose diletakkan
pada objek glas dan diberi KOH 10 % ditutup dengan deck glas dan diperiksa
dibawah mikroskop. Secara mikroskopik ditemukan hifa pendek – pendek dan
spora bergerombol.
b)
Pemeriksaan sinar wood
Dengan pemeriksaan sinar
wood pada daerah infeksi akan memperlihatkan flouresens warna emas atau orange.
Terapi
Dengan pemberian salisil
/ salep imidazol / mikonazol / klotrimazol dan pemberian ketokonazol
secara oral.
2.
Tinea nigra :
Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala
weneckii.
Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat
kehitaman. Bercak tersebut terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel
yang bertunas, akan tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit (tidak membentuk
bagian yang menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang lain)
Diagnosa
Bahan pemeriksaan berasal
dari kerokan kulit tempat infeksi, hasil kerokan langsung dilakukan
pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan KOH 10 %. Jamur akan tampak
hifa dan tunas yang berwarna hitam atau hijau tua dengan spora yang
bergerombol.
Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan
pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti
jamur azol.
3.
Piedra :
Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh Trichosporon
Beigelli dan Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.
Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.
Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.
a.
Piedra Hitam
Merupakan infeksi jamur
pada rambut kepala yang disebabkan oleh Piedraia hortai. Infeksi terjadi
karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terinfeksi mengalami kelainan
berupa benjolan yang keras pada rambut yang berwarna coklat kehitaman. Benjolan
sulit dilepaskan jika dipaksakan rambut akan patah. Penderita tidak mengalami
gangguan hanya pada saat menyisir rambut mengalami kesulitan.
Diagnosa
Bahan pemeriksaan berasal
dari potongan rambut yang terinfeksi, dilakukan pemeriksaan langsung dengan
menggunakan KOH 10 %. Hasil mikroskopik akan tampak hifa yang padat
berwarna tengguli dan ditemukan askus yang mengandung askospora.
Kultur
Jika ditaman pada media
SGA tampak koloniyang berwarna Hitam
b.
Piedra Putih
Merupakan infeksi jamur
pada rambut yang disebabkan oleh Trichosporon cutaneum. Infeksi terjadi
karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terifeksi
mengalami kelainan berupa benjolan yang tidak berwarna .
Diagnosa
Bahan pemeriksaan berasal
dari rambut yang terinfeksi dilakukan pemeriksaan langsung dengan
menggunakan KOH 10 %. Tampak anyaman hifa yang padat tidak berwarna
atau putih kekuningan, ditemukan arthrospora pada ujung hifa.
Kultur
Bahan pemeriksaan jika
ditanam pada media akan tumbuh koloni yang berwarna kuning, granuler.
4.
Tinea Flavosa
: Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan
berkukudisebabkan oleh Trichopyton schoenleinii.
Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada
kuli kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor, Kerak
sangat lengket, bila diangkat akan meninggalkan luka basah. Dapat menyebabkan
kebotakan yang menetap.
5.
Otomycosis :
Infeksi pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan
Aspergillus, Penicillium, Mocor, Rhizpus, Candida.
Klinis : muncu rasa gatal dan sakit pada lubang
telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri, akan
menjadi bernanah.
6.
Tinea barbae
Merupakan infeksi jamur yang menyerang daerah yang berjanggut dan kulit
leher, rambut dan folikel rambut. Penyebabnya adalah Trichophyton
mentagrophytes, Trichophyton violaceum, Microsporum cranis.
7.
Tinea cruris
Merupakan infeksi mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas
sebelah dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya.
Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum atau Trichophyton sp.
B. Mikosis Kutan, Adalah infeksi yang
disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial yang terkeratinisasi
, yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam.
1. Tinea pedis (kaki atlet) : Infeksi
menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan berkembang menjadi vesikel-vesikel
kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan encer, disebabkan oleh Trichophyton
rubrum, T. Mentagrophytes, Epidemirmophyton floccosum.
Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan
dan kulit pecah-pecah, dapat juga terjadi infeksi skunder.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda, kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol).Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.
Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda, kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol).Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.
2. Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap) :
Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut, disebabkan oleh serangan jamur T.
Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa tumbuh aktif ke arah pinggir cincin
stratum korneum yan belum terserang.
Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap,
dengan bagian tengah bersisik dikelilingi oleh pingiran merah meninggi sering
mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua dan memisahkan diri menjadi
artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora mengelupas, sehinga pada
beberapa kasus terdapat bagian tengah yang bersih pada lesi kurap.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan
Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam salisilat,
krim asam undersilat, krim mikonazol.
3. Tinea kaptitis (kurap kulit kepala) :
Infeksi microsporum terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya aka sembuh pada
saat memasuki masa puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh
Trichophyon yang tidak diobati akan menetap sampai dewasa.
Klinis : infeksi dimulai pada kulit kepala ,
selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti dinding keratin folikel rambut.
Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut. Rambut menjadi mudah patah dan
meninglakna potongannya yang pendek. Pada bagian kulit kepala yang botak
terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan membentuk vesikel, pada kasus
yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan dan mengarah pada mikosis
sistemik.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh dari anjing atau kucing. Mencegah
penggunaan gunting dan alat cukur untuk bersama. Hindari kontak dengan orang
yang terinfeksi.
Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat
dicabut degan tangan, sering keramas dan mengunakan krim antijamur mikonizol.
C.
Mikosis Subkutan,
Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit
meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.
1.
Sporotrichosis
: Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada
tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma,
kemudian menyebar melalui aliran getah bening.
Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang
terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit,
terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan paru-paru. Akibat
secara histologi adalah terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan
sendirinya walaupun menahun, meskipun demikian dapat juga diberikan Kalium iodida
secara oral selama beberapa minggu.
2.
Kromoblastosis
: infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea
pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii.
Habitat jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau
tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.
Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada
jaringan subkutan. Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada
tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran getah
bening
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun dll.)
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun dll.)
Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang
kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih besar dilakukan kemoterapi dengan
flusitosin atau itrakonazol.
3.
Mycetoma (madura
foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur Eumycotic
mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic
mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor
dan adanya sinus yang bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui
trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur
terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi
akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada
derormitas.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas
di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun dll.)
Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol,
dan dapson pada fase dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui
pembedahan dapat membantu penyembuhan.
D.
Mikosis Sistemik,
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam.
Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui
darah. Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur
bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik
terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C.
Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak pada
terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi skunder.
1.
Blastomikosis
: infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit,
paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur
Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi
Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat,
pada kasus ringan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala umum
akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan infeksi pernafasan bawah akut
lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat
mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan terbuka (leher,muka,
lengan dan kaki).
Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan
intrakonazol selama 6 bulan akan bermanfaat.
2.
Kokodiodomikosis
: disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah, mikosis ini
menyerang paru-paru.
Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi,
gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala
tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan biasanya
dapat sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh
Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa.
Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan
diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan.
3.
Hitoplasmosis
: Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada tanah dengan
kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran unggas atau
ternak)
Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan.
Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag areolar akhir-nya berkembang
menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar secara cepat namun
99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa sindroma flu yang
dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus penderita dengan defisiensi imun,
hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan limpa dan hati,
demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada hidung, mulut lidah,
dan usus halus.
Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan
terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi
serupa. Jika infeksi telah menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali
dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.
4.
Parakoksidiomikosis
: Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis (
Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses pernafasan.
Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah
pembesaran kelenjar getah bening atau gang-guan gastrointestinal. Pada awal
infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi
menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.
Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral, terbukti
efektif pada Parakoksidiomikosis ringan, jika penaganan tersebut belum
menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan pada
kasus yang lebih berat, maka digunakan Amfoterisin B.
Daftar Pustaka
Entjang.
Indan.2003. Mikrobiologi & Parasitologi. PT.Citra Aditya bakti. Bandung.
Gould. Dinah.2003. Mikrobiologi Terapan Untuk
Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Melnick. Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
www. arthur@fk.unair.ac.id. 29, maret 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar