Kamis, 08 Maret 2012

Resume Materi PTK


RESUME
KREDIBILITAS DATA DALAM PTK


A.    Kredibilitas Sebuah Penelitian
Para pakar penelitian sering mempertanyakan reliabilitas dan validitas penelitian seperti penelitian tindakan kelas yang merujuk pada tradisi kualitatif, yang karena sifatnya yang deskriptif dan naratif mempunyai cara-cara sendiri di dalam menegakkan derajat keterpecayaan, berbeda dengan penelitian yang sifatnya generatif dan memekai ukuran-ukuran reliabilitas dan validitas yang sudah baku dari tradisi positivistik.
Reliabilitas menunjuk sejauh mana kajian dapat direplikasi, apakah seorang peneliti dengan menggunakan metode yang ssama akan mendapat hasil yang sama seperti kajian terdahulu ? Masalah ini bagi peneliti nateralistik seperti penelitian tindakan kelas merupakan problema besar, karena fenomena yang dihadapinya unik, karena karakteristik data dan proses penelitiannya berbeda, karena konvensi yang harus diperhatikan dalam menyajikan hasil-hasil penelitian, dan karena aturan main dan etika yang harus dipegang oleh para penelitinya. Apabila kaidah-kaidah mencapai reliabilitas yang baku untuk kondisi laboratorium dipaksakan, maka penelitian akan kehilangan alur kewajarannya, padahal setting yang alamiah menjadi yang dipersyaratkan dalam penelitian tindakan kelas. Demikian juga perhitungan dan pengukuran yang pasti akan menyebabkan daya kontruksi yang kuat dalam menyususn kategori untuk analisis akan terkendala apabila fenomena yang diobservasi terlalu didni direduksi atau distsndarisasi.
Jadi bagaimana kita mengetahui bahwa sebuah penelitian kualitatif seperti halnya Penelitian Tindakan Kelas, akurat,dapat dipercaya, dan benar ? Untuk menjawab pertanyaan ini Linchlon (1985) mengemukakan bahwa diperlukan standar kualitas dalam penelitian kualitatif,pada pendekatan ke arah verifikasi, dalam penngertian kapan wacana verifikasi berakhir dan dimulainya standar kualitas. Peshkin dan Creswell (1998) menganggap verifikasi dalam penelitian kualitatif adalah kategori yang ditegakkan dalam definisi kerja, verifikasi adalah sebuah proses yang berlangsung sepanjang pengumpulan data dilakukan,analisis,dan penulisan laporan penelitian. Sedangkan standard adalah kriteria yang ditentukan oleh peneliti sendiri dan para mitranya setelah kajian penelitian selesai.
Setelah penafsiran data, maka akan dilakukan pemeriksaan kredibitas data. Uji kredibitas merupakan pengujian kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Ada beberapa teknik dapat dilakukan untuk memenihi kriteria tersebut yakni :
1.      Kredibilitas
·         Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Peneliti dengan perpanjangan keikutsertaanya akan banyak mempelajari “kebudayaan” dapat menguji ketidakbenaran iinformasi yang diperkenalkan oleh distori, baik yang berasal dari diri sendiri maupaun dari responden, dan membangun kepercayaan subjek. Dengan demikian, penting sekali atri perpanjangan keikutsertaan peneliti itu guna berorientasi dengan situasi, juga guna memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati.
·         Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamat menyediakan kedamaian
·         Triangulasi
Triangulasi adlah teknik pemeriksaan keabsahan data yng memenfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan 4 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
a.       Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton 1987:331) hal yersebut dapat dicapai melalui : 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2) membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, 3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4) membandingkan keadaan dan persfektif sseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan, 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
b.      Triangulasi dengan metode. Menurut (Patton 1987:331) terdapat 2 strategi yaitu : 1) pengecekan derajat  kepercayaan menemukan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data ,dan 2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c.       Triangulasi dengan penyidik adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.
d.      Triangulasi dengan teori, menurut Lincon dan Guba (1981:307), berdasar anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teri. Dipihak lain Patton juga berpendapat yaitu bahwa hal itu dapat dilakukan dan hal itu dinamakan penjelasan banding
·         Pengecekan sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bbentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data
·         Kecukupan referensi
Konsep kecukupan referensi ini mula-mula diusulkan oleh Eisner (Moleong 2002) sebagai alat untuk menampung dan menyesuaiakn dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi
·         Kajian kasus negatif
Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contog dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecendrungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunaka sebagai bahan pembanding.
·         Pengecekan anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan
2.      Keteralihan uraian rinci
Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan
3.      Kebergantungan
4.      Kepastian


RESUME
DAMPAK / MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Penelitian tindakan kelas tidak bisa dipisahkan yaitu; kelas/siswa, kinerja guru, sekolah dan dunia pendidikan (pemerintah), sehingga untuk memecahkan masalah pendidikan harus ada keterkaitan diantara bagian tersebut.
Sehingga PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan.
A.    Dampak PTK terhadap kelas/siswa
                 PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980: 211):
a.       alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas;
b.      alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat;
c.       alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif;
d.      alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;
e.       alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.
Dengan teridentifikasinya fungsi PTK di kelas, dengan jalannya tersebut, otomatis kulitas siswa akan lebih bagus.
B.     Dampak PTK terhadap guru
Penelitian guru yang dimaknai sebagai inkuiri yang dilakukan dengan sadar dan sistematis yang dilakukan di kelas atau di sekolahnya sendiri, mempunyai potensi untuk meningkatkan ekspertisnya yang dapat disumbangkan kepada masyarakat sekolah dengan berbagai perspektif unik dalam belajar mengajar. Hasil-hasil penemuan penelitian guru terutama ditunjukan untuk digunakan dan diaplikasikan di dalam konteks di mana kajian itu dilakukan;
1.      Dapat berbentuk peningkatan kerangka kerja secara konseptual
2.      Pratik mengajar yang dirubah
3.      Dan bahkan bisa bisa berbentuk rekonstruksi kurikulum.
Guru berada pada situasi unik, yakni pada posisi untuk mengobservasi peserta didik dalam jangka waktu yang panjang dan di berbagi situasi, serta karenanya memiliki pengetahuan dari dalam mengenai fikiran dan tindakan peserta didik.
Dari pengalaman melakukan penelitian, guru menyadari kekurangannya dan berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilannya. Guru sadar akn perlunya upaya-upaya pembahruan atau inovasi, untuk mendukung kegiatan-kegiatan perbaikan. Melalui pengalaman melakukan penelitian, guru memahami hubungan antara gagasan atau teori dengan praktik mengajar guru dan belajar siswa dalam kesehariannya, dan kesadaran ini akan menumbuhkan rasa percaya diri pada guru, yang apabila terus dikembangkan menjadi rasa harga diri.
C.    Dampak PTK Terhadap Sekolah
Kegiatan pendidikan tindakan kelas yang dilakukan para guru di sekolah, tidak hanya meningkatkan kualitas profesional pendidik secara individual, akan tetapi akan berdampak juga terhadap sejawat di sekolah tersebut, karena penelitian tindakan kelas dilakukan tidak hanya oleh seorang guru melainkan secara partisipatorik membawa sejawat atau yang lainnya dalam peran sebagai mitra peneliti.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru, dengan demikian memberikan sumbangan dalam menjembatani kesenjangan antara apa yang diajarkan di kelas/sekolah, antara penelitian yang dilakukan para peneliti tradisional dari uneversitas dengan yang dilakukan guru di kelasnya sendiri, dan kekurangan informasi secara umum mengenai kehidupan di dalam kelas. Karena peran penelitian guru dapat mengisi kesenjangan komunikasi antar universitas-sekolah, maka relasi inter lembaga yang lebih baik akan mendukung upaya-upaya perbaikan sekolah atau school imporovement.
Dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru bersama-sama dengan sejawat secara kolaboratif dan partisipatif, para guru di sekolah berbicara satu sama lain,berdiskusi mengenai apa yang mereka alami dalam pratik pembelajaran dan penelitian, serta dalam inkuiri reflektif mereka, dan dengan cara demikian dalam konteks sekolah secara keseluruhan menciptakan focus yang koheren yang diperlukan bagi perkembangan dan perbaikan sekolah (Hopkins, 1993:213).
Upaya-upaya perbaikan sekolah untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan, antara lain pada masa sekarang dengan melaksanakan kurikulum baru yang dikenal dengan nama kurikulum berbasis kopetensi (KBK). Dengan berorientasi kepada para peserta didik yang memiliki kecakapan hidup atau life skills, KBK menuntut kerangka berfikir dan metodologi alternative, apabila yang akan dihasilkan adalah keluaran yang kompeten untk memasuki kehidupan termasuk lapangan kerja pada zamannya.
Peningkatan mutu pendidikan dan upaya perbaikan sekolah tidak hanya tergantung dari kualitas kenerja para guru saja, melainkan semua orang yangditu menjadi komunitas sekolah. Ini berarti, bahwa kompetensi dituntut juga dalam leadership kepala sekolah, kinerja para guru bantu, staf administrasi sekolah dan pihak semi-eksternal penunjang sekolah seperti msalnya dewan sekolah.
Pembaharuan sekolah atu school improvement, dengan tujuan mampu melakukan usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan dengan melaksanakan kurikulum KBK, misalnya, sebagi bentuk pertanggungjawaban, adalah dengan meningkatkan kemampuan atu kompotensi semua pihak. Upaya peningkatan kemampuan atu kompetensi pihak guru dalm kinerjanya sebagai pendidik, misalnya, antara lain yang paling efektif adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas, untuk meraih berbagai kemampuan dan keterampilan dalm pembelajarannya.
Berbagai tuntunan perbaikan yang mendukung pembahruan sekolah, memberikan refleksi ke posisi awal, yaitu kepada pendidikan guru. Apabila penelitian tindakan kelas melatih keterampilan pembelajaran guru di kelas, maka isi pembelajaran di peroleh guru pada “pre-service training”-nya atau waktu belajar di universitas. Lembaga pendidikan gurulah (atau LPTK) yanhg pertama-tama harus menghasilakan tenaga gyru yang memiliki atribut-atribut profesi, sehingga mereka mempunyai potensi menjadi guru yang professional. Salah satu kriterianya ialah guru harus menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai dengan tugasnya sebagai pendidik, agar memperoleh prestise, pendapatan yang baik, dan otomi yang dimiliki hanya oleh mereka yang mempunyai bakat, terdidik, terampilan dan berdedikasi.  
Dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang menjadi sasaran utama PTK, yaitu siswa / pembelajaran, guru, dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.
a. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK.
Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan oleh guru dapat menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya. Guru yang selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kristis inilah yang akan dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya.

b. Manfaat bagi guru.
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:
1. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena Ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
2. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
3. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran.
4. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah / kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.

c. Manfaat bagi sekolah

 Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.



RESUME
PENGUMPULAN DATA KUALITATIF
DALAM PTK

Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data dalam PTK
Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa teknik dalam mengumpulkan data, seperti yang dikemukakan Sevilla, dkk (1993) bahwa dalam pengumpulan data penelitian dalam pendidikan dapat meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.      Pengamatan;
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dalam kelompoknya.Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur.Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain.
2.      Pertanyaan;
Teknik pertanyaan lebih cocok digunakan dalam pendekatan survei. Pertanyaan yang efektif akan membantu pengumpulan data yang akurat, karenanya Fox (dalam Sevilla, 1993) memberikan kreteria karakteristik pertanyaan yang efektif sebagai berikut; (a) bahasanya jelas, (b) ada ketegasan isi dan periode waktu, (c) bertujuan tunggal, (d) bebas dari asumsi, (e) bebas dari saran, dan (f) kesempurnaan dan konsistensi tata bahasa.
3.      Angket atau kuesioner (questionnaire)
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya.
4.      Studi dokumenter (documentary study)
Studi dokumentermerupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,baik dokumen tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan.

Pengumpulan data PTK biasanya dilakukan dengan menggunakan banyak cara dari berbagai sumber sehingga dikatakan bahwa pengumpulan datanya menggunakan triangulasi.
Menurut Mills (2003:71), dari segi teknik pengumpulan data kualitatif, ada tiga teknik yang dapat dipilih oleh peneliti untuk mengumpulkan data yaitu ;
1.      Experiencing
Yaitu pengumpulan data melalui pengalaman sendiri, terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan atau membuat catatan lapangan.teknik pengumpulan datanya dapat berupa a) observasi partisipan sebagai partisipan aktif; b) pengamatan aktif yang khusus; dan c) pengamat pasif.
Pengamatan PTK dapat dilakukan oleh guru sendiri sebagai partisipan aktif; pengamatan aktif yang khusus;atau sebagai pengamatan pasif.
Guru bertindak sebagai pengajar di kelasnya sendiri. Guru sebagai partisipan aktif biasanya membuat catatan lapangan. Catatan lapangan tersebut dapat berbentuk catatan anekdot ditambah dengan bebera catatan yang lain.
Guru bertindak sebagai pengamat aktif khusus apabila dia mengamati peserta didik pada saat dia tidak bertindak langsung sebagai pengajar mata pelajarannya sendiri tapi ketika mengamati peserta didiknya pada pelajaran lain. Seperti mulok, olahraga bebas, atau kegiatan lain di perpustakaan. Dalam hal ini, guru dapat bertindak sebagai guru piket yang menjaga peserta didiknya melakukan kegiatan.
Guru dapat bertindak sebagai pengamat pasif apabila dia berfungsi sebagai pengajar tetapi menjadi pengamat di kelas guru lain yang mengajar. Guru hanya mengamati apa yang akan terjadi disitu,
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan datadengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Adabeberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan observasi, diantaranya :
Ø      Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati, baik yangumum maupun yang khusus. Kegiatan yang umum maksudnya yaitu segala sesuatuyang terjadi di dalam kelas harus diamati dan dikomentari serta dicatat dalamcatatan lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus, maksudnya ialahobservasi tersebut hanya memfokuskan pada kegiatan khusus yang terjadi di dalamkelas, seperti kegiatan tertentu atau praktik pembelajaran tertentu.
Ø      Menentukan kriteria yang diamati, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuranapa yang digunakan dalam pengamatan.





Langkah-langkah Observasi
Dalam melaksanakan observasi ada beberapa langkah/ fase utama yang harusditempuh, antara lain :
a)     Pertemuan Perencanaan
Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan bersamauntuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antaraobserver (pengamat) dan observee (yang diamati) mengenai fokuspermasalahan yang akan diamati.
b)    Observasi Kelas
Dalam fase ini, observer mengamati proses pembelajaran danmengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada prosespembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada siswa maupun situasi di dalamkelas.
c)     Diskusi Balikan
Pada fase ini, guru sebagai peneliti bersama dengan pengamat mempelajaridata hasil observasi untuk dijadikan catatan lapangan dan mendiskusikanlangkah-langkah selanjutnya.Kegiatan ini harus dilaksanakan dalam situasisaling mendukung (mutually supportive) serta didasarkan pada informasi yangdiperoleh selama observasi.

2.      Enquiring
Yaitu teknik pengumpulan data pertanyaan oleh peneliti. Hal ini dapat berupa :
a)    Wawancara informal,adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.(Mills:2003) menyarankan penggunaan dengan 5W dan H (Who,What,Where,When,Why,dan How).
b)    Wawancara formal tersruktur; wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data,bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasiapa yang akan diperoleh. Karena itu dalam melakukan wawncara,peneliti menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawaban pun telah disiapakan.
c)    Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
d)   Skala likert; dengan skala likert guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab responden dengan memilih apakah mereka sangat setuju,sutuju,ragu-ragu,tidak setuju,atau sangan tidak setuju.
e)    Skala perbedaan makna; dengan skala ini guru meminta peserta didik atau orang tua mengisi format dengan melengkapi suatu angka yang menunjukkan derajat tertentu pada suatu skala perbedaan makana (sistematik differential)
f)     Tes baku
3.      Exsamining.
Yaitu teknik pengumpulan data melalui pembuatan dan pemanfaatan catatan yang dapat berupa ;


a)      Dokumen arsip.
Terdapat berbagai arsip yang dapat digunakan oleh guru untuk memperoleh wawancara kejadian masa lalu, mengidentifikasi kecendrungan masa depan dan menjelaskan mengapa sesuatu seperti yang dapat diamati sekarang.
Dokumen memiliki arti barang-barang tertulis. Jadi dalam pengumpulan datadengan menggunakan dokumen arsip, peneliti mengumpulkan dan mencermatibenda-benda tertulis yang dapat digunakan untuk memperoleh wawasan kejadianmasa lalu, mengidentifikasi kecenderungan masa depan, dan menjelaskan tentangsesuatu seperti yang dapat diamati sekarang. Menurut Calhoun (1994, dalam Mills,2003), sumber data arsip di sekolah dapat berupa hal-hal berikut:
Ø   Daftar hadir peserta didik
Ø   Daftar peserta didik yang melanjutkan
Ø   Daftar disiplin
Ø   Daftar peserta didik yang dropout
Ø   Daftar hadir pertemuan guru-orang tua peserta didik
Ø   Data prestasi peserta didik dalam berbagai ajang kegiatan lomba, sepertimatematika, membaca, menulis, dll.
Ø   Skor pada saat mengikuti tes standar
Ø   Daftar keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ekstra kurikuler.
Ada berbagai dokumen yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkandata penelitian yang ada relevansinya dengan permasalahan dalam penelitiantindakan kelas, seperti:
Ø   Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Ø   Laporan-laporan diskusi
Ø   Berbagai macam hasil ujian dan tes
Ø   Laporan rapat
Ø   Laporan tugas siswa
Ø   Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran
Ø   Contoh essay yang ditulis siswa (Elliot, 1991 dalam rochiati 2005)
Menurut goetz dan LeCompte (1984 dalam rochiati 2005), dokumen yangmenyangkut para partisipan penelitian akan menyediakan kerangka bagi data yangmendasar, antara lain:
Ø   koleksi dan analisis buku teks
Ø   kurikulum dan pedoman pelaksanaannya
Ø   arsip penerimaan siswa baru
Ø   catatan rapat
Ø   catatan tentang siswa
Ø   rencana pelaksanaan pembelajaran dan catatan guru
Ø   hasil karya siswa
Ø   kumpulan dokumen pemerintah
Ø   koleksi arsip guru berupa buku harian, catatan peristiwa penting (logs) dankenang-kenangan dari siswa angkatan lama

b)       Jurnal
Jurnal harian merupakan salah satu sumber data yang sangat berharg, baik yang ditulis peserta didik maupun guru.
Jurnal Harian adalah salah satu format yang merupakan modifikasi catatanlapangan (field notes) yang dapat dimanfaatkan oleh guru yang merangkap fungsisebagai pelaku tindakan perbaikan dan pengamat dengan hasil yang menjanjikan.Sebagaimana telah dikemukakan jurnal harian merupakan semacam catatan hariansehinggga dapat berfungsi sebagai rekaman pengamatan yang sangat efektif. Jurnalharian merupakan alat bantu yang lebih sederhana yang sangat praktis namun jugacukup produktif, sehingga cocok digunakan oleh pengamat yang juga sekaliguspelaku tindakan.
Cochran Smith Lytle (1993,dalam Mills, 2003) mengemukakan bahwa jurnal guru merupakan bagianterpenting dalam PTK karena jurnal guru/calon guru mungkin berisi hal-hal sepertiberikut:  
Ø      Catatan mengenai kehidupan di kelas di mana guru/calon guru mencatat hasilpengamatan dan merefleksikan pengalaman mengajarnya.
Ø      Catatan mengenai deskripsi, analisis, dan interpretasi guru/calon guru.
Ø      Catatan mengenai pokok-pokok kejadian dalam kelas yang dialami peserta didikdan apa arti kejadian ini bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran berikutnya.
Ø      Catatan sebagai landasan untuk mengamati kembali, menganalisis, danmengevaluasi pengalaman mereka.
Ø      Catatan mengenai apa yang terjadi dalam kelas dilihat dari kaca mata guru.

c)      Pembuatan peta
 Peta memberikan wawasan konseptual dengan alat untuk melakukan refleksi dengan cara berpikir kembali mengenai keadaan kelas. Peta tempat duduk peserta didik dalam kelas maupun letak peralatan dalamkelas sangat membantu guru yang baru pertama kalinya masuk ke kelas itu. Petamemberikan wawasan konseptual dengan alat untuk melakukan refleksi dengancara berpikir kembali mengenai keadaan kelas.
d)      Penggunaan video, audiotape, foto, dan film
Videotape merupakan alat yang sangat baik untuk menangkap peristiwa yang terjadi dalam kelas. Dengan memutar kembali isinya guna memperoleh kesempatan untuk melakukan refleksi. Selain foto juga dapat dibuat untuk memberikan penekanan suatu peristiwa yang terjadi di kelas.
Rekaman foto, slide, tape, dan video merupakan sumber data tidak tertulisyang dapat membantu guru dalam memantau kegiatannya di kelas sehinggapeneliti mempunyai alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadidi kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas. Alat-alatelektronik ini berfungsi untuk menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa-peristiwapenting atau khusus yang terjadi atau ilustrasi dari episode tertentusehingga dapat digunakan untuk membantu mendeskripsikan apa yang peneliticatat di catatan lapangan, apabila memungkinkan. Gambar-gambar foto, cuplikanrekaman tape atau slide berguna juga dalam wawancara, baik untuk memulai topicpembicaraan ataupun untuk mengingatkan agar peneliti tidak menyimpang daritujuan wawancara.
Dengan demikian, data dokumentasi gambaran utuh itu,digunakan pula dalam proses validasi data. Dengan video dan tape recorder gurujuga dapat mengamati kegiatan mengajarnya dan membahas masalah-masalah yangmenjadi perhatian penelitian, sehingga guru memperoleh kesempatan untukmelakukan refleksi mengenai penguasaan konsep, keterampilan, dan sikap pesertadidiknya. Selain itu, foto juga dapat dibuat untuk memberikan penekanan atassuatu peristiwa yang terjadi di kelas. Pada proses analisis dibahas apa yangdiharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti yangdiharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang diharapkan,dan apakah perlu dilakukan tindak lanjut.
Alat bantu rekam elektronik memang menjanjikan kelengkapan dokumentasi,meskipun masih mengandung keterbatasan - keterbatasan juga. Kamera hanyamampu merekam informasi visual, sedangkan kamera video dapat merekam 2dimensi informasi yaitu audio dan visual, meskipun masih tetap ada keterbatasanteknis seperti misalnya dari segi sudut pandang kamera. Dalam banyak hal,penggunaan berbagai alat bantu rekam yang canggih memang sangat menggodadan menjanjikan kemanfaatan yang nyata untuk keperluan - keperluan tertentudalam bentuk kelengkapan rekaman.
Namun disamping berbagai keuntungan yangdijanjikannya, penggunaan alat bantu rekam dalam konteks PTK juga perludipertimbangkan dari segi kelayakannya (feasibility). Artinya, hasil rekaman yangsangat lengkap dengan alat bantu rekam yang canggih itu, tidak akantermanfaatkan secara maksimal apabila untuk keperluan tayang ulang (replay)karena diperlukan persiapan dan/atau perlengkapan yang memakan waktu untukmenggelarnya. Belum lagi apabila juga diperhitungkan investasi yang diperlukanatau gangguan (intusion) yang diakibatkan dalam penggunaannya. Alat bantuperekaman elektronik lebih berpeluang menghasilkan gambaran yang lebihobyektif, namun agar benar - benar bermanfaat sebagai masukan, interpretasisecara jelas memang dibutuhkan. Oleh karena itu, hasil rekaman elektronik harussecepatnya ditranskripsikan dan dibubuhi catatan - catatan sesuai dengan keperluansehingga terwujud sebagai catatan lapangan (field notes).
Dalam penggunaan alat-alat elektronik seperti alat pengambil foto, slides dankamera video jangan sampai mengganggu siswa dan guru yang sedang terlibat.
Dalam pembelajaran serta tidak mengganggu jalannya pembelajaran di kelas karenadi khawatirkan para siswa akan lebih terpikat pada kesibukan rekaman video daripada berpartisipasi dalam pembelajaran itu sendiri. Untuk itu alat pengambil foto,slides dan kamera video sebaiknya dipegang oleh mitra peneliti (teman sejawat)bukan oleh penyaji bahan pembelajaran.
e)      Artifak
Yang  sumber data tertulis atau berupa visual yang dapat memberikan sumbangan pada  pemahaman penelitian tentang apa yang terjadi di kelas dan sekolah.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengumpulan Data PenelitianTindakan Kelas.
Dalam pengumpulan data Penelitian Tindakan Kelas terdapat hal penting yang harusdiperhatikan yaitu instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitasyang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudahdan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis. Dari instrumentpenelitian ini akan didapatkan hasil berupa data yang akan digunakan dalam penelitian.Instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data dalam penelitian harus betul-betuldirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data sebagaimana adanya.
Hal ini disebabkan karena benarnya data yang dihasilkan, sangat menentukan bermututidaknya hasil penelitian.Apabila mengkaji hakikat dari instrumen penelitian, sebaiknya penelitimemperhitungkan terlebih dahulu jenis data yang dibutuhkan dan ingin di dapatkandalam penelitian. Setelah itu instrumen mana yang akan digunakan dalam pengumpulandata. Peneliti harus mengusai betul metode atau teknik yang digunakan dalampengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat berjumlah lebihdari satu jenis instrumen. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian dantingkat kejelasan data yang didapatkan. Karena dalam penggunaan instrumen ini terdapatdua kategori instrumen, yaitu instrumen utama dan instrumen tambahan.
Instrumen utama ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang diutamakan, sedangkaninstrumen tambahan digunakan apabila data yang dihasilkan oleh instrumen utama initidak didapatkan kejelasan tentang permasalahan yang sebenarnya atau tingkatkedalaman permasalahan.Setelah ditetapkan jenis instrumen yang akan digunakan, peneliti menyusun kisi-kisiinstrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan,banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaandidasarkan dari indikator variabel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkan beberaparuang lingkup isi pertanyaan serta abilitas yang diukurnya.
Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau diukur prestasibelajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam halpengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Atau bila yang diukuradalah sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap yang diukur kita bedakan menjadiaspek kognitif, afektif dan psikomotornya. Lalu langkah selanjutnya adalah berdasarkankisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusu
Sitem atau pertanyaan sesuai dengan jenisinstrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.Sebuah instrumen penelitian dapat dikatakan baik bila memenuhi tiga kriteria pokokyaitu validitas, reabilitas dan praktikabilitas.



RESUME
PENETAPAN FOKUS MASALAH PTK DAN LANGKAH-LANGKAH MERUMUSKAN MASALAH PTK
                                                                                     
A. Penetapan Fokus Masalah PTK
Permasalahan yang di angkat dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah yang dihayati oleh guru dalam praktik pembelajaran yang dikelolanya,bukan permasalahan yang disarankan apalagi ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh dosen LPTK yang menjadi mitranya.Permasalahan tersebut dapat beragkat atau bersumber dari siswa,guru,bahan ajar,kurikulum,interaksi pembelajaran,dan hasil belajar siswa.
B. Langkah-langkah merumuskan masalah PTK :
Mengacu Pada Penelitian induknya, yaitu penelitian tindakan sebagaimana yang dikemukakan oleh Cohen dan Manion (1980) serta Winter (1989), maka secara konseptual teoritis,ada beberapa langkah PTK yaitu :
1.      Identifikasi dan merumuskan masalah
Pada tahap yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan yang awal mengenai permasalahan actual yang dialami guru di kelas. Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.
Dalam konteksnya dengan langkah pertama ini, yakni mengidentifikasi dan merumuskan masalah, lebih dahulu disajikan uraian tentang ruang lingkup masalah dalam penelitian tindakan kelas.
a.       Ruang lingkup masalah
PTK dilakukan untuk mengubah perilaku penelitinya yaitu guru, perilaku orang lain yaitu siswa, atau mengubah kerangka kerja yaitu kegiatan pembelajaran yang pada gilirannya menghasilkan perubahan dan peningkatan kualitas keseluruhan aspek.
b.      Identifikasi Masalah
Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan diidentifikasi oleh guru sendirisebagai peneliti, meskipun dapat juga dilakukan dengan bantuan fasilitator, supaya merasa betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalah dapat berupa kekurangan yang dirasakan dalam penerapan model pembelajaran, penggunaan metode, penggunaan alat peraga.rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran,kreativitas belajar siswa dan sebagainya. Jadi masalah berupa kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan.
c.       Perumusan Masalah
Rumusan masalah harus mengandung deskripsi secara jelas tentang kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan keadaan yang diinginkan.
2.      Analisis Masalah
Peneliti guru kelas sendirian atau dengan bermitra dengan dosen LPTK melakukan analisis terhadap permasalahan-permasalahan tersebut untuk menentukan urgensi pengatasan. Dalam hubungan ini akan terkemukakan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi. Menurut Abimanyu (1995) arahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan permasalahan untuk PTK adalah sebagai berikut :
1.      Pilih permasahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau topic yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah.
2.      Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya.
3.      Pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas.
4.      Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan focus penelitian.
5.      Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
Keberhasilan pada tahap analisis masalah akan menentukan keberhasilan keseluruhan proses pelaksanaan PTK. Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, tergantung pada tingkat kesulitan yang ditunjukkan dalam perumusan masalah. Di antara analisis masalah yang dapat dilakukan adalah analisis sebab-akibat tentang kesulitan yang dihadapi,pemeriksaan asumsi yang dibuat,kajian terhadap data penelitian yang tersedia, atau mengamankan data pendahuluan untuk mengklarifikasi persoalan atau untuk mengubah cara pandang individu yang terlibat dalam oenelitian tentang masalahnya.
3.      Perumusan hipotesis tindakan
Setelah menetapkan focus permasahan serta menganalisisnya menjadi bagian-bagian dan lebih kecil, maka selanjunya guru perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas,sfesifik dan operasional
Dalam penelitian tindakan kelas, rumusan hipotesisnya bukan hipotesis tentang perbedaan atau hubungan antar variable, melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.
4.      Merumuskan Perencanaan Tindakan
Dalam merumuskan rencana tindakan hendaknya memuat informasi sebagai berikut :
a.        Apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan terpecahnya masalah yang telah dirumuskan
b.      Alat-alat dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data.
c.       Rencana perekaman atau pencatatan data dan pengolahannya
d.      Rencana untuk melaksanakan tindakan dan mengevaluasi hasilnya.


5.      Melaksanakan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang direncakan hendaknya bersifat fleksibel untuk mencapai perbaiakn yang diinginkan. Pada saat tindakan dilaksanakan inilah pengumpulan data dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup semua yang dilakukan, pengaruh tindakan terhadap peserta penelitian, pola interaksi yang terjadi,dan proses yang berlangsung.
6.      Menganalisis dan Memaknai data
Isi semua catatan atau rekaman data hendaknya dicermati untuk dijadikan landasan melakukan refleksi. Disini peneliti harus membandingkan berbagai isi catatan atau rekaman  agar dapat menentukan suatu temuan yang relative valid dan reliable. Dengan perbandingan ini, unsure kesubjektifan dapat dikurangi. Penggolongan dapat dilakukan juga untuk dapat menyimpulkan dan memberikan pemaknaan data.
Data yang diperoleh melalui tes akan sangan membantu untuk menentukan adanya perbaikan yang diinginkan. Semua yang terjadi, baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan perlu dianalisis untuk menentukan apakah ada perubahan kea rah perbaikan atau peningkatan kualitas di segala aspek praktik dalam situasi yang terkait dengan kegiatan pembelajaran.
7.      Membuat Laporan Hasil
Hasil analisis data dilanjutkan dengan penyusunan laporan. Laporan hendaknya mencakup ulasan lengkap tentang pelaksanaan tindakan sesuai dengan yanh telah direncanakan, pelaksanaan pemantauannya, dan perubahan atau peningkatan kualitas yang terjadi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.


RESUME
MENGKAJI KERANGKA BERFIKIR DAN PARADIGMA SERTA HIPOTESIS TINDAKAN DALAM PTK

A. Pengrtian kerangka berfikir
Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka, dengan meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang terkait.
Kerangka pikir ini digunakan sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat. Atau, bisa diartikan sebagai mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka logis (construct logic) atau kerangka konseptual yang relevan untuk menjawab penyebab terjadinya masalah. Untuk membuktikan kecermatan penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat  hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan.
Kerangka pikir itu penting untuk membantu dan mendorong peneliti memusatkan usaha penelitiannya untuk memahami hubungan antar variabel tertentu yang telah dipilihnya, mempermudah peneliti memahami dan menyadari kelemahan/keunggulan dari penelitian yang dilakukannya dibandingkan penelitian terdahulu
B. Karekteristik paradigama
Karakteristik paradigm penelitian ini sebenarnya harus secara disiplin kita taati karena kita telah memilih paradigm penelitian yang kita lakukan. Jika kita melakukan penelitian tindakan (kelas untuk para guru dan calon guru). Mereka harus menyadari penelitian tindakan ini sebuah metode yang menggunakan teknik kritik terhadap discourse, terhadap latar yang terjadi, terhadap latar pembelajaran yang terjadi, maka kita harus tegas tehadap setting apa yang ingin kita tingkatkan, maka kita harus focus terhadap discource yang kita sedang cermati. Kita jangan lari ke hasil tindakan bukan pada tindakan (jika kita melihat hasil belajarnya sementara tindakan hanya sebagai tindakan tanpa ada perubahan, maka kita lari dari focus (discource) yaitu peningkatan tindakan , sementara hasil belajar itu dampak dari tindakan)
C. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah upaya mencari perubahan dan meningkatkan. Peneliti bukanlah orang luar, peneliti adalah partisipan atau agen pembaharu, artinya kita tidak dapat menyerahkan pelaksanaan tindakan kepada orang lain (karena kitalah yang sedang me dan di tingkatkan). Apakah hasil dapat diterapkan di tempat lain, jawabannya tidak. Penelitian yang mencari perubahan dan peningkatan layanan tidak dapat diterapkan di tempat lain. Penelitian ini untuk mencari perubahan dan peningkatan situasi (latar peneltian jadi tidak bisa dipindah). Apakah telah terjadi perubahan dan peningkatan? Maka verifikasi akan menentukan, karena kesepakatan/consensus seluruh pihak yang terlibat yang akan memutuskan tingkat keberhasilan. Jika guru dan siswa tanpa pihak lain, maka guru dan siswalah yang memeriksa tingkat keberhasilan itu. Jika ada kepala sekolah, maka consensus ditambah kepala sekolah.
Artinya semua dikembalikan kepada guru tentang ukuran keberhasilannya. Situasi inilah menuntut pemahaman yang benar tentang PTK. Jika guru merasa, bila kenaikan hasil belajar digunakan sebagai indicator, maka inilah boomerang sedang berjalan mengancam esensi penelitian itu. Pemahaman dan kesadaran tentang metode penelitian dengan teknik kritkik “Discourse” ini harus termaknai dengan penuh kesadaran. jadi PTK bukan satu-satunya penyebab nilai siswa
Sebagai catatan agar guru/peneliti tidak focus pada hasil belajar dan kembali focus kepada tindakan atau solusi, apakah solusi berhasil bukan nilai ukurannya. NIlai yang diperoleh siswa ditentukan oleh banyak ubahan (penyebab), antara lain: siswa belajar, guru mengajar, orangtua membimbing belajar siswa dirumah
Langkah-langkah membangun kerangka penelitian atau paradigma penelitian, diantaranya:
  1. Pahami keadaan objek penelitian dengan cermat, sehingga dapat merumuskan masalah penelitian yang jelas dan research question yang jelas pula
  2. Pahami tujuan penelitian, dan tuliskan tujuan penelitian dengan rinci menjadi tujuan umum dan tujuan khusus
  3. Pelajari teori yang relevan, yang berhubungan dengan subjek penelitian Anda
  4. Pahami konsep-konsep yang diuraikan dalam teori tersebut dengan cermat. Hal ini sangat penting agar tidak membuat kekeliruan ketika menyusun kerangka fikir dan menterjemahkan konsep menjadi variabel.
  5. Pelajari hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian Anda (tujuannya, pendekatannya, sampling, variabel-variabel utama, instrumen penelitian, metode analisa data, kesimpulan dan implikasinya).
  6. Kembangkan pengetahuan yang diperoleh berdasar keyakinan/pengetahuan peneliti sendiri, untuk menyusun kerangka fikiran (kerangka konseptual) penelitian yang diharapkan dapat menjawab research questions penelitian tersebut.
D .Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai dugaan sementara pada penelitian yang akan dilakukan.temasuk dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, hipotesis dibutuhkan sebagai acuan peneliti yang disebut dengan hipotesis tindakan.
 Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan yang terdapat pada metode-metode penelitian lain melainkan hipotesis tindakan  idealnya hipotesis penelitian tindakan mendekati keketatan penelitian formal yang situasi lapanga yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk memenuhi tuntutan itu
Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan yang perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan prosedur tindakan yang dianggap tepat.
Beberapa acuan penyusunan hipotesis tindakan dalam PTK, antara lain:
1)   Menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian
2)   Merupakan jawaban sementara dari kajian teori yang disusun oleh peneliti
3)   Merupakan jawaban sementara dari kerangka berpikir
 Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Dilihat dari sudut lain, alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
Misalnya:
 jika kebiasaan membaca ditingkatkan melalui penugasan mencari kata atau istilah serapan, perbendaharaan kata akan meningkat dengan rata–rata 10% setiap bulannya.
Dari contoh ini, hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK.
Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis formal. Jika hipotesis penelitian formal menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih atau menyatakan adanya perbedaan antara dua kelompok atau lebih, maka hipotesis tindakan tidak mengatakan demikian, tetapi mengatakan percaya tindakan kita akan merupakan suatu solusi yang dapat memecahkan permasalahan yang diteliti. Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, sebagai peneliti guru dapat melakukan:
1) Kajian teoretik di bidang pembelajaran pendidikan
2) Kajian hasil–hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan
3) Diskusi dengan rekan– rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya.
4) Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan dalam bentuk program, dan
5) Mereflesikan pengalamannya sendiri sebagai guru.
Dari hasil kajian tersebut dapat diperoleh landasan untuk membangun hipotesis tindakan. Menurut Soedarsono (1997) beberapa, hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut:
1.    Rumusan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian. Dengan kata lain, alternatif tindakan perbaikan hendaknya mempunyai landasan yang mantap secara konseptual.
2.   Setiap alternatif tindakan perbaikan yang dipertimbangkan perlu dikaji ulang dan dievaluasii dari segi relevansinya. Disamping itu juga perlu ditetapkan cara penilaiannya sehingga dapat memfasilitasi pengumpulan serta analisis data secara cepat namun tepat selama program tindakan perbaikan itu diimplementasikan.
3.   Pilih alternatif tindakan serta prosedur implemen-tasi yang dinilai paling menjanjikan hasil optimal namun masih tetap ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk melakukannya dalam kondisi dan situasi sekolah yang aktual.
4.   Pikiran dengan seksama perubahan – perubahan ( perbaikan – perbaiakn) yang secara implisit dan dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik yang berupa proses dan hasil belajar siswa maupun tehnik mengajar guru.
b. Analisis kenaikan hipotesis tindakan
Setelah diperoleh gambaran awal mengenai sejumlah hipotesis tindakan maka selanjutnya perlu dilakukan masing–masing hipotesis tindakan itu dari segi jarak yang terdapat antara situasi riil dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Sebab jika terdapat jarak yang terlalu sulit untuk mengupayakan perwujudannya, maka tindakan yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, kondisi dan situasi yang dipersyaratkan untuk penyelenggaraan sesuatu tindakan perbaikan dalam rangka PTK, harus ditetapkan sedemikian sehingga masih ada dalam batas–batas baik kemampuan guru senada dukungan fasilitas yang tersedia di sekolah maupun kemampuan rata–rata siswa untuk mencernakannya. Dengan kata lain, sebagai aktor PTK guru hendaknya cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah dimana ia berada dan melaksanakan tugasnya.
Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empiris. Ini berarti bahwa baik proses implementasi tindakan yang dilakukan maupun dampak yang diakibatkannya dapat teramati oleh guru yang merupakan aktor PTK maupun mitra kerjanya. Sebagian dari gejala–gejala yang dapat diamati itu dapat diberikan secara kualitatif. Namun yang paling penting gejala – gejala tersebut harus dapat divertifikasi oleh pengamat lain, apabila diperlukan.
Pada gilirannya, untuk melakukan tindakan agar menghasilkan dampak/hasil sebagaimana diharapkan diperlukan kajian mengenai kelaikan hipotesis tindakan terlebih dahulu. Menurut Soedarsono (1997) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelaikan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut:
1.      Implementasi suatu PTK akan berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya. Di pihak lain, sebagaimana telah dikemukakan untuk pelaksanaan PTK kadang – kadang memang masih diperlukan peningkatan kemampuan guru melalui berbagai bentuk pelatihan sebagai komponen penunjang. Selanjutnya selain persyaratan kemampuan, keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang merasa tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain PTK dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau didorong oleh keinginan untuk memperoleh imbalan finansial.
2.      Kemampuan siswa juga perlu diperhitungkan baik dari segi fisik, psikologis, dan sosial budaya maupun etik. Dengan kata lain PTK seyogyanya tidak dilaksanakan apabila diduga akan berdampak merugikan siswa.
3.      Fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau sekolah juga perlu diperhitungkan sebab pelaksanaan PTK dengan mudah dapat tersabotase oleh kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan. Oleh karena itu demi keberhasilan PTK maka guru dan mitranya dituntut untuk dapat mengusahakan fasilitas dan sarana yang ditentukan.
4.      Selain kemampuan siswa sebagai perorangan, keberhasilan PTK juga sangat tergantung pada iklim belajar di kelas atau sekolah. Namun pertimbangan ini tentu tidak dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk mempertahankan status kuno. Dengan kata lain perbaikan iklim belajar di kelas dan di sekolah memsng justru dapat dijadikan sebagai salah satu sasaran PTK.
5.      Karena sekolah juga merupakan sebuah organisasai, maka selain iklim belajar sebagaimana dikemukakan pada butir 4) Iklim kerja sekolah juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK. Dengan kata lain dukungan dari kepala sekolah serta rekan sejawat guru dapat memperbesar peluang keberhasilan PTK. Selain itu semua tim PTK juga perlu membahas secara mendalam tentang kemungkinan konsekuensi alas an dilakukannya tindakan yang harus diantisipasi. Demikian pula kemungkinan timbulnya masalah baru dengan adanya tindakan di kelas. Atas dasar berbagai pertimbangan di atas maka peneliti dapat secara lebih cermat menyusun rencana yang akan dilakukan.
c. Perencanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti perlu melaksanakan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang di-rencanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah per-siapan yang perlu ditempuh adalah:
1.      Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru, di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implemen-tasi perbaikan yang telah direncanakan.
2.      Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga.
3.      Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan.
4.      Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan, sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal keper-cayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai pelaku PTK, guru harus terbebas dari rasa gagal dan takut berbuat kesalahan.
 Pelaksanaan tindakan, Observasi dan Interpretasi
Atas dasar uraian di atas, adalah sangat beralasan untuk beranggapan bahwa PTK dilakukan oleh seorang guru atas prakarsa nya sendiri, mesikupun juga terbuka untuk dilakukan secara kola-boratif. Ini berarti bahwa peran guru dalam melaksanakan PTK adalah sangat penting dan tidak dapat digantikan oleh orang lain begitu saja. Oleh karena itu, implementasi tindakan, proses obser-vasi-interpretasi dan hasil implementasi tindakan tersebut terjadi karena keduanya merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam tindakan alamiah pembelajaran.
a. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus PTKs, dan pada saat yang bersama-an kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga diikuti dengan ke-giatan observasi dan interpretasi, serta diikuti dengan kegiat-an refleksi.
b. Observasi dan Interpretasi
Secara umum, observasi adalah upaya merekam segala perstiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung, dengan menggunakan atau tanpa alat bantu. Perlu dicatat adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman observasi secara seksama.
Mekanisme perekaman hasil observasi perlu dirancang agar tidak mencampuradukkan antara fakta dan interpretasi, namun juga tidak terseret oleh kaidah umum yang tanpa kecuali menafsirkan interpretasi dalam pelaksanaan observasi. Apabila yang terakhir ini dilakukan, sehingga yang direkam hanyalah fakta tanpa interpretasi, maka akan dapat menimbul-kan resiko, bahwa makna dari perangkat fakta yang telah di-amati itu tidak lagi dapat dibangkitkan kembali secara utuh karena proses erosi yang terjadi dalam ingatan, lebih-lebih apabila pengamat adalah juga aktor tindakan. Dalam hubungan ini, agaknya prosedur perekaman hasil observasi yang telah banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, dapat dimanfaatkan



RESUME PTK
VALIDASI DATA DALAM PTK

A. Pengertian Validasi
Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi dilakukan bila ada perubahan yang mempengarui produk secara langsung (major modification), produk baru atau produk lama dengan metode baru, exiting dan legacy product.
Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
B. Wacana Verifikasi dalam Penelitian Tindakan Kelas
Dengan semakin meningkatnya laporan penelitian tindakan,yang dalam kajian kita adalah Penelitian Tindakan Kelas,dalam literatur kajian penelitian semakin meningkat juga kepedulian mengenai validitasnya.Konsep validitas dalam aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu kepada kredibilitas dan derajat keterpecayaan dari hasil penelitian.Salah satu langkah dalam prosedur untuk mendapatkan derajat kepercayaan ialah melalui validasi, yang dalam penelitian kualitatif disukai dengan istilah verifikasi. Konsep validitas dalam aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu pada kredibilitas dan derajat kepercayaan dari hasil penelitian. Menurut Borg dan Gall (2003) terdapa lima tahap criteria  validitas, yaitu:
·         Validitas hasil
Yaitu sejauh mana tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah dan mendorong dilakukannya penelitian tindakan. Perhatian tidak hanya tertuju pada penyelesaian masalah semata, melainkan juga kepada bagaimana menyusun kerangka pemikiran dalam menyajikan masalah baru dan pertanyaan baru, Jadi kriteria ini mencakup sifat mengulang pada siklus-siklus penelitian tindakan, dan pada dua tahap penting pada bagian akhir yaitu refleksi dan menentukan tindakan lanjutan atau tindakan modifikasi dalam siklus baru.
Validitas Hasil  mengandung konsep bahwa tindakan kelas membawa hasil yang sukses di dalam konteks PTK. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Ketika dilakukan refleksi pada akhir tindakan pemberian tugas yang menekankan kegiatan menggunakan bahasa Inggris lewat tugas ‘information gap’, ditemukan bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu berbicara. Maka timbul pertanyaan baru, ‘Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran?’ Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan baru timbul pada akhir suatu  tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. (Mohon dicermati uraian masing-masing tahap dan kesinambungan masalah yang timbul). Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria berikutnya.
·         Validitas proses
Yaitu memeriksa kelaikan proses yang dikembangkan dalam berbagai fase penelitian; bagaimana permasalahan disusun dan bagaimana penyelesaiannya Triangulasi data/sumber dan metode tepat untuk validitas ini.
Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang dapat dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksanaan PTK ? Misalnya, apakah dan kolaborator  mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, dan kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?
Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan kualitas proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan. Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, misalnya, kualitas proses akan sangat ditentukan oleh  wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti tentang (1) hakikat kompetensi komunikatif, (2) pembelajaran bahasa yang komunikatif  yang mencakup pendekatan komunikatif bersama metodologi dan teknik-tekniknya, dan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian, motivasi, tingkat perkembangan/pemelajaran) dan pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa asing. Jika wawasan, pengetahuan dan pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat dengan lebih mudah menentukan perilaku-perilaku mana yang menunjang tercapainya perubahan yang diinginkan dengan indikator yang tepat, dan juga perilaku-perilaku mana yang menghambatnya.
Namun demikian, hal ini masih harus didukung dengan kemampuan untuk mengumpulkan data, misalnya melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan dan harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk dapat bertindak seobjektif mungkin dalam memotret apa yang terjadi. Artinya, selama mengamati perhatiannya terfokus pada gejala yang dapat ditangkap lewat pancainderanya saja, yaitu apa yang didengar, dilihat, diraba (jika ada), dikecap (jika ada), dan tercium, yang terjadi pada semua peserta penelitian, dalam kasus di atas pada peneliti, guru dan siswa. Dalam pengamatan tersebut harus dijaga agar jangan sampai peneliti melakukan penilaian terhadap apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan di depan, perlu dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran. Kemudian, diperlukan kompetensi lain untuk membuat catatan lapangan dan harian tentang apa yang terjadi. Akan lebih baik jika para peneliti merekamnya  dengan kaset audio atau audio-visual sehingga catatan lapangan dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan dalam pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas proses tindakan dan pengumpulan data tentang proses tersebut.
·         Validitas demokratis
Yaitu sejauh mana penelitian tindakan berlangsung secara kolaboratf dengan para mitra peneliti.
Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai suara. Dalam PTK, idealnya guru lain/pakar sebagai kolaborator, dan murid-murid masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup:  Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK (guru, kolaborator, administrator, mahasiswa, orang tua) dapat menawarkan pandangannya? Apakah solusi masalah di kelas  memberikan manfaat kepada mereka? Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks kelas? Semua pemangku kepentingan di atas diberi kesempatan dan/atau didorong lewat berbagai cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap persoalan pembelajaran kelas, yang fokusnya adalah pencarian solusi untuk peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran kelas Anda. Misalnya, dalam kasus penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi awal guru-guru yang berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan dan/atau didorong untuk mengungkapkan pandangan dan pendapatnya tentang situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Inggris di sekolah terkait. Hal ini dilakukan  untuk mencapai suatu kesepatakan bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki dan kekurangan tersebut perlu diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut kesepakatan tentang latar belakang penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk mencapai kesepakatan tentang masalah-masalah apa yang ada, yaitu identifikasi masalah, dan tentang masalah apa yang akan menjadi fokus penelitian atau pembatasan masalah penelitian. Kemudian, proses yang sama berlanjut untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis tindakan yang akan menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua peserta penelitian untuk mengungkapkan pandangan dan pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang mendorong setiap peserta penelitian untuk mengungkapkan atau menyuarakan pandangan, pendapat, dan gagasannya ini diciptakan sepanjang penelitian berlangsung.
·         Validitas katalis
Yaitu sejauh mana peneltian berupaya mendorong partisipan mereorientasikan, memfokuskan, dan memberi semangat untuk membuka diri terhadap transformasi visi mereka dalam menghadapi kenyataan kondisi praktek mengajar mereka sehari-hari.
Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas kehidupan kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman Anda dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini.
Selain itu, validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam  proses pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan  melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

·         Validitas dialog
Yaitu merujuk pada dialog yang dilakukan dengan teman sejawat peneliti dalam menyusun dan mereview hasil penelitian beserta penafsirannya.
Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau  pelaku PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.
Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika penelitian masih berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog  kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik, seperti telah disebut di atas, proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan, diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.

C. Prosedur Dan Pelaksanaan Validasi Dari Hopkins
Setelah anda mengikuti wacana dan mempelajari berbagai criteria validasi, langkah berikutnya adalah mengkaji suatu bentuk validasi yang anda lakukan terhadap hipotesis, konstruk, atau kategori dalam penelitian- penelitian tindakan kelas anda dalam versi Hopkins (1993) dan kawan- kawan  untuk menguji derajat kepercayaan atau derajat kebenaran penelitian anda. Ada beberapa bentuk validasi yang dalam anda lakukan dalam penelitian tindakan kelas anda, misalnya:
            Dengan melakukan member check, yakni mameriksa kembali keterangan –keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber, apakah keterangan atau informasi atau penjelasan itu trtap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu terperiksa kebenarannya.
            Anda dapat juga melakukan validasi dengan triangulasi,yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang ditimbulkan dengan membandingkan dengan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti lain, yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama. Menurut Elliot (1976), triangulasi dilakukan berdasarkan 3 sudut pandangan yakni sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau observasi ( peneliti).
            Setiap sudut pandang mempunyai posisi epistemologis unik dalam segitiga ini mengenai kaitannya dengan akses terhadap data yang bersangkutan waktu situasi pembelajaran berlangsung. Guru berada diposisi terbaik untuk melakukan introveksi diri terhadap kinerjanya sendiri dalam sasaran dan tujuan pelajaran. Para siswa berada pada posisi terbaik untuk menjelaskan, bagaimana pengaruh tindakan guru terhadap respon yang mereka berikan pada waktu pembelajaran berlangsung. Sedangkan pengamat, berada pada posisi terbaik untuk mengumpulkan data hasil observasi dari interaksi guru dengan siswa pada waktu pembelajaran berlangsung. Dengan membandingkannya dengan ke2 sudut pandang lain dalam segitiga itu, terbukalah kesempatan untuk menguji kebenaran nya, dan kemungkinan- kemungkinan untuk mengubahnya dengan berdasarkan data lain yang baru dan lebih lengkap dan diperlukan.
            Cara lain untuk melakukan validasi adalah dengan saturasi . saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh,atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan. Pemeriksaan atau test yang berulang kali untuk memvalidasi baik hipotesis ataupun proverti dari kategori yang kasar dengan dites berulang kali dengan data adalah upaya modifikasi,memperhalus, atau dengan amplikasi dapat saja dilakukan. Atau bahkan melakukan usaha falsifikasi (menurut Popper,1970) telah dicoba, yaitu dengan mencoba mengeliminasi kesalahan atau error pada waktu merumuskan hipotesis kerja, konstruk, atau menyusun kategori, namun demikian pada waktu diuji dalam observasi yang diulang- ulang tidak menghasilkan penolakan, sanggahan, atau amplikasi, maka dalam hal demikian saturasi telah terjadi, dan validasi terhadap hipotesis, konstruk, dan susunan kategori sudah dilakukan.
            Teknik lain untuk validasi, adalah dengan cara menggunakan pembandingan atau dengan ekplanasi saingan atau kasus negative.anda tidaklah melakukan upaya untuk menyanggah atau membuktikan kesalahan penelitian saingan,melainkan mencari data yang akan mendukungnya. Apabila Anda tidak berhasil menemukannya, maka hal ini mendukung kepercayaan terhadap hipotesis, konstruk,atau kategori dalam penelitian anda sendiri pada awalnya.
            Selanjutnya Anda dapat juga menggunakan audit trail untuk memvalidasi. Dengan melakukan audit trail yang biasa dilakukan untuk mengaudit keuangan, maka dapat diperiksa kesalahan- kesalahan didalam metode atau prosedur yang dipakai peneliti, dan didalam pengambilan kesimpulan. Audit trail juga memeriksa catatan- catatan yang ditulis oleh peneliti atau pengamat mitra penelitian lainnya. Hal ini berguna, apabila peneliti akan meretrieve informasi atau data yang ada, atau mempersiapkan laporan. Audit trail dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas yang sama seperti anda sendiri.
            Pada tahap akhir validasi, anda dapat melakukannya dengan meminta nasihat kepada pakar, yang disebut expert opinion yang dalam hal ini mungkin pembimbing penelitian anda. Pakar atau pembimbing anda akan memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian anda, dan memberikan arahan atau judgements terhadap masalah- masalah penelitian yang anda kemukakan. Perbaikan, modivikasi, atau penghalusan berdasarkan arahan atau opini pakar atau pembimbing, akan selanjutnya memvalidasi hipotesis, konstruk, atau kategori dan pada tahap selanjutnya analisis yang Anda lakukan,dan dengan demikian akan meningkatkan derajat keterpecayaan penelitian Anda.
            Cara lain untuk memvalidasi penelitian Anda,adalah dengan melakukan key respondens review,(Hopkins,1993) yakni meminta salah seorang atau beberapa mitra peniliti Anda atau orang yang banyak mengetahui tantang penelitian Tindakan Kelas,untuk membaca draft awal laporan penelitian Anda dan meminta pendapatnya.
            Berbagai cara validasi ini melakukan agar dalam memunculkan secara grouded hipotesis,konstruk,kategori,bahkan kemungkinan teori mendapat derajat keterpecayaan yang tinggi,dan kita merasa percaya diriakan kehandalannya.


 D. Peryaratan Pelaksanaan Validasi
1.      Persyaratan yang harus dilakukan dalam melaksanakan validasi adalah:
validasi harus sudah tersedia dan telah diapprov
2.      Validation studies harus sesuai dengan protoko
3.      Data validasi dari studies harus dikumpulkan, dicatat dan disimpulka
4.      Validation report harus direview oleh tiap departemen terkait dan diapprove oleh quality unit
5.      Data validasi harus terdokumentasi dengan baik
6.      Jika terdapat perubahan pada proses yang divalidasi harus dilaporkan
Pendekatan validasi yang dilakukan menggunakan.
·         Prospective validation, digunakan untuk produk baru, sebelum memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan. Pada validasi ini produk yang dihasilkan tidak dijual ke pasaran, validasi dilakukan sebanyak 3 batch
·         Concurrent Validation, digunakan untuk produk yang sudah tervalidasi tetapi akan ditentukan beberapa parameter yang baru validasi dilakukan sebanyak 3 batch
·         Retrospective Validation, digunakan untuk established product dengan mengevaluasi proses berdasarkan historical data-data produksi, testing dan control validasi ini dilakukan sebelum Prospective validation
·         Concurrent Validation, Validasi yang dilakukan oleh technical service department meliputi kualifikasi alat, validasi proses, cleaning validation, validasi komputer, dan packaging validation. Sedangkan analytical method validation dilakukan oleh Quality Unit.




SUMBER
(http://riskan.wordpress.com/2011/02/16/validasi/
Rochiati Wiriatmadja. 2005. Metodologi PTK. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.



 
RESUME
TEKNIK ANALISIS DATA PTK


A.    Teknik Analisis Data di dalam PTK
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara,pengamatan,yang sudah ditulis dalam catatan lapangan,dokumen pribadi, dokumen resmi,gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah dipelajarai, dibaca, maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.
Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan ini kemudian dikategorisasikan pada langkag berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selasai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu. Sehubungan dengan uraian tentang proses analisa dan penafsiran data di atas, maka dapat dijelaskan pokok-pokok persoalan sebagai berikut
1.      Konsep Dasar Analisis Data
Menurut Patton,1980 (dalam Lexy J.Moleong 2002:103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori,dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor (1975:79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi : analisis data prosesmengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data

2.      Pemrosesan Satuan
Uraian tentang pemrosesan satuan ini terdiri dari tipelogi satuan dan penyusunan satuan
Tipelogi satuan
Satuan atau unit adalah satuan suatu latar sosial. Pada dasarnya satuan ini merupakan alat untuk menghaluskan pencatatan data. Menurut Lofland (1984,dalam Lexy 2002:190), satuan kehidupan sosial merupakan kebulatan dimana seseorang mengajukan pertanyaan.Lincilin dan Guba (1985:344) menakan satuan ini sebagai  satuan informasi yang berfungsi untuk menentukan atau mendefinisikan kategori.
Lincoln dan Guba (1985:345) mengatakan bahwa langkah pertama dalam pemerosotan satuan adalah analisis hendaknya membaca dan mempelajari secara teliti seluruh jenis data yang sudah terkumpul. Setelah itu,usahakan agar satuan-satuan itu diidentifikasi. Peneliti memasukkan ke dalam kartu indeks hendaknya dapat dipahami oleh orang lain. Pada tahap ini analisis hendaknya jangan dulu membuang satuan yang ada walaupun mungkin dianggap tidak relevan.
Kategorisasi
Kategorisasi berarti penyusunan kategori. Kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran,intuisi,pendapat, atau kriteria tertentu. Selanjutnya Lincoln dan Guba menguraikan kategorisasi adalah (1) mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat ke dalam bagian-bagian isi yang secara jelas berkaitan,(2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori dan yang akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap kartu pada kategori dan juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data,dan (3) menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan yang lain mengikuti prinsip taat asas.
Metode yang digunakan dalam kategorisasi didasarkan atas metode analisiskomparatif yang langkah-langkahnya dijabarkan atas sepuluh langkah, yang mana langkah terakhir adalah analisis harus menelah sekali lagi seluruh kategori agar jangan sampai ada yang terlupakan. Setelah selesai dianalisis, sebelum menafsirkan penulis wajib mengadakan pemeriksaan keabsahan datanya, pemeriksaan itu dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data.

3.      Keabsahan Data
Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul, perlu dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteria derajat kepercayaan dengan teknik triangulasi,ketekunan, pengamatan,dan pengecekan teman sejawat.
4.      Identifikasi masalah pembelajaran
Identifikasi masalah pembelajaran diawali dengan merasakan adanya masalah yang dihadapi oleh guru dan peserta didik. Masalah yang dihadapi hendaknya berangkat dari permasalahan nyata yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
5.      Analisa dan perumusan masalah pembelajaran
Setelah guru memperoleh sejumlah permasalahan melalui proses identifikasi, dilanjutkan analisis terhadap permasalahan. Analisis terhadap masalah pembelajaran dimaksudkan untuk menentukan urgensi dan prioritas permasahan yang harus dipecahkan dan dicarikan jalan keluarnya.
6.      Perencanaan tindakan dan perumusan Hipotesis
Sebelum dibuat perencanaan tindakan terlebih dahulu dilakukan curah gagasan mengenai tindakan apa saja yang dapat membantu guru memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui gagasan pendapat ini akan dihasilkan banyak alternatif tindakan yang dapat dipilih.
7.      Pelaksanaan tindakan,observasi, dan asamen
Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan skenario pembelajaran yang sudah dibuat pada tahap persiapan dalam setting kelas yang sebenarnya. Kegiatan pelaksanaan tindakan dan tindakan perbaikan merupakanlangkah pokok dalam siklus PTK.

Data merupakan segala bentuk informasi yang kita dapatkan saat observasi yang terkait dengan kondisi awal, proses, keterlaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Teknik analisis data adalah kegiatanmencermati, menguraikan,dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal,proses belajar,dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran.
1.      Teknik Analisis Data Kuantitatif
Pada data-data kuantitatif seperti nilai hasil belajar,skor angket,persentase,distribusi frekuensi yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : (1) Analisis secara deskriptif,analisis ini dilakukan dengan cara seperti menghitung jumlah,rata-rata,nilai persentase,dan membuat grafik,(2) Analisis secara statistik,analisis ini dilakukan dengan cara seperti menghitung nilai beda terkecil dan nilai korelasi antar variabel
2.      Teknik analisis Data Kualitatif
Pada data kualitatif dapat dilakukan analisis :
1.      Analisis Interaktif
Analisis ini dilakukan dengan : (1) memilih atau mereduksi data terhadap hasil temuan data yang relevan dengan penelitian diambil sementara data yang tidak relevan dibuang,(2) mendeskripsikan semua data yang relevan hasil temuan,dan (3) menarik kesimpulan berdasarkan deskripsi hasil temuan,serta (4) melakukan verifikasi
2.      Analisis dengan mencari pola
Analisis ini dilakukan dengan cara mencarai pola berdasarkan hasil refleksi dari guru, kemudian digabung dengan data-data yang diperoleh pengamat pada saat observasi.
Dalam PTK, perhatian lebih pada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi bahwa metodologi yang dipakai lebih dapat diterpkan terhadap pemahaman situasi problematik dari pada atas dasar prediksi di dalam parameter.
Analisis data dalam penelitian dalam Kualitatif menggunakan statistik. Ada 2 macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian yaitu statistik deskriftif dan statistik inferensial
Statistik deskriptif adalah ststistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagai mana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya), jelas akan menggunakan ststistik deskriptif dalam menganalisisnya. Termasuk dalam ststistik deskriptif antara lain pengujian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran,pictogram. Perhitungan modus, median, mean , desil, persentil, perhitungn penyebaran data dan perhitungan persentase.
Statistik inferensial (sering juga disebut statistik induktif/ ststistik probabilita) adalah teknik ststistik yng digunakan untuk menganilisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan oleh sampel diambil dari populasi secara random.
Langkah –langkah analisis data :
1.      Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain : (1) mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi,(2) mengcek kelengkapan data,artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data (termasuk kelengkapan instrumen), dan (3) mengecek macam isian data
2.      Tabulasi
Yang termasuk ke dalam kegiatan ini adalah : (1) memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor,misalnya tes angket,bentuk pilihan ganda,rating scala dan sebagainya, (2) memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor, (3) mengubah jenis data,disesuaikan atau dimodifikasi dengan teknik analisis yang akan digunakan, dan (4) memberikan kode hubungan dengan pengelolaan data jika akan menggunkan komputer.
3.      Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
Maksudnya pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penalitian atau desain yang diambil.
Yang dimaksud dengan data yang diterapkan dalam perhitungan adalah data yang disesuaikan dengan jenis data, yakni diskrit, ordinal,interval, atau ratio. Pemilihan terhadap rumusan yang digunakan kadang-kadang disesuaikan dengan jenis data, tetapi adakalanya peneliti mementukan pendekatan/rumus, kemudian data yang ada diubah disesuaiakn dengan rumusan yang dipilih.

Tahap-tahap Analisi Data :
1.      Validasi Hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (saturasi,triangulasi,atau jika memang perlu uji statistik)
2.      Interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik, atau pendapat guru
3.      Tindakan untuk perbaiakn lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik penelitian kelas



RESUME VALIDITAS

A.Pengertian Validitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan hokum. Menurut Diknas bahwa validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Sedangkan menurut Wiki pedia Indonesia diterjemahkan , kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan demikian kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga kata valid dapat diartikan ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan. Menurut Anas Sujiono apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur maka tes dikatakan valid adalah apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian , Retno mengemukakan tiga pokok pengertian yang bisa digunakan sebagai berikut :
1.      Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu alat tes atau alat evaluasi, dan tidak menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar tidak valid.
2.      Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat), sehingga istilah yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada yangh disebut validitasnya tinggi, sedang dan rendah.
3.      Validitas selalu dibatasi pada pengkususannya dalam penggunaan dan tidak pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah validitasnya untuk mengukur berfikir matematis dan sedang validitasnya untuk meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran matematik yang akan datang.
B. Macam-macam Validitas
   Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris. Sementara Retno validitas itu terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas tampang (face validity), validitas logis (logical validity), validitas vaktor (factorikal validity), Validitas isi (conten validity), dan validitas empiris (empirical validity). Sedangkan menurut Anas ternik pengujian validitas hasil belajar secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu pengujian validitas tes secara rasional dan pengujian validitas tes secara empirik.
Ada 4 (empat) macam validitas yang berasal dari dasar pembagian jenis di atas yaitu :
a. Validitas Logis
1. Validitas Isi (content validity)
Validitas isi dari tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau- pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut.
Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu : sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap eseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan.
Tipe Validitas ini merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (professional judgment), "sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur" atau "sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur".
Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan" isi tidak saja menunjukkan bahwa tes tersebut harus memuat isi yang komprehensif dan relevan pada batasan tujuan ukur. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional maka tidaklah diharapkan setiap orang akan sama sependapat mengenai sejauhmana validitas isi suatu tes telah tercapai.
Validitas isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logik).
1. Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi.
2. Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas ini menunjuk pada sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi suatu tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga hanya berisi item yang relevan dan perlu menjadi bagian tes secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap haruslah dibatasi kawasan perilaku secara seksama dan konkret. Batasan perilaku yang kurang jelas menyebabkan item-item yang tidak relevan terikut dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya dimasukan.

2. Validitas Konstruksi (construct validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apa bila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dangan aspek berpikir yang menjadi tujuan Instruksional. Contoh, jika rumusan Tujuan- Instruksionl khusus (TIK) : “Siswa dapat membandingkan antara efek biologis dan efek psikologis”, maka butis soal pada tes merupakan perintah agar siswa membedakan antara dua efek tersebut.
Konstruksi” dalam pengertian ini bukanlah “susunan”seperti yang di jumpai dalm teknik, tetapi merupakn rekaan psikologis yaitu suatu rekaan yang dibuat oleh para ilmu jiwa dengan suatu cara tertentu “memerinci” isi jiwa atas beberapa aspek seperti : ingtan (pengetahuan ), pemahaman, aplikasi, dan seterusnya.
Validitas Konstruksi merupakan tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoretik yang hendak diukur. Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan kon¬sep mengenai trait yang diukur. Walaupun pengujian validitas konstrak biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang lebih kompleks, namun hasil estimasi validitas konstruk tidak dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas.

b. Validitas Empiris
1. Valditas” ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang udah ada. misalnya seorang guru inginmengetahui apkah tes sumatif yang di susun sudah valid atau belum. Untuk itu diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dia memiliki misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
Validitas konkuren adalah apabila skor tes dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor. Misalnya dalam penyusunan suatu skala inteligensi. Maka dapat menguji validitas skala inteligensi yang sedang disusun dengan cara menghitung korelasi antara skor skala tersebut dengan skor pada tes inteligensi lain yang telah valid, misalnya Skala Wechsler. Disamping itu, estimasi validitas skala inteligensi tersebut dapat pula diperoleh lewat perhitungan koefisien korelasinya dengan skor pada variabel lain yang relevan, yaitu yang dapat dianggap sebagai indikator tingkat inteligensi.
Suatu contoh dimana validitas konkuren layak diuji adalah apabila kita menyusun suatu skala kecemasan yang baru. Untuk menguji validitas skala tersebut kita dapat mengunakan skala kecemasan lain yang telah lebih dahulu teruji validitasnya, yaitu dengan alat ukur TMAS (Tylor Manifest Anxiety Scale).
Validitas konkuren merupakan indikasi validitas yang memadai apabila alat ukur tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan validitas yang sangat penting dalam situasi diagnostik. Bila alat ukur dimaksudkan sebagai prediktor maka validitas konkuren tidak cukup memuaskan dan validitas prediktif merupakan keharusan.

2. Validitas prediksi (predictive validity)
Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating.
Validitas prediktif sangat penting artinya bila tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor bagi performansi di waktu yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki adanya prediksi performansi ini antara lain dalam seleksi mahasiswa baru dan contohnya adalah sewaktu kita melakukan pengujian validitas alat ukur kemampuan yang digunakan dalam penempatan karyawan. Kriteria yang terbaik antara lain adalah kinerjanya setelah ia betul-betul ditempatkan sebagai karyawan dan melaksanakan tugasnya selama beberapa waktu. Skor kinerja karyawan tersebut dapat diperoleh dari berbagai cara, misalnya menggunakan indeks produktivitas atau rating yang dilakukan oleh atasannya.

Tes yang digunakan untuk seleksi masuk perguruan tinggi, untuk menguji validitas prediktif tes seleksi tersebut diperlukan kriteria performansi yang akan datang, yang dalam hal ini adalah indeks prestasi (IP) setelah calon mahasiswa diterima menjadi mahasiswa dan menempuh pelajaran beberapa semester atau beberapa tahun kemudian. Tes seleksi masuk perguruan tinggi tersebut memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut bila dikorelasikan dengan IP memiliki koefisien korelasi yang tinggi.
Koefisien korelasi antara skor tes dan skor kriteria merupakan indikator mengenai saling hubungan antara skor tes dengan skor kriteria sebagai koefisien validitas prediktif. Apabila koefisien ini diperoleh dari sekelompok individu yang merupakan sampel yang representatif, maka alat ukur yang telah teruji validitasnya akan mempunyai fungsi prediksi yang sangat berguna dalam prosedur alat ukur di masa datang.

C. Cara mengetahui validitas alat ukur
Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan yang ingin diukur (Agung, 1990). Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan hasil pengukuran psikologis atau non fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis, hasil pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan atau memberikan skor/ nilai suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian utama.
Konsep Pengukuran Validitas
Pengukuran validitas sebenarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar (dalam arti kuantitatif) suatu aspek psikologis terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh skor pada instrumen pengukur yang bersangkutan.
Dalam hal pengukuran ilmu sosial, validitas yang ideal tidaklah mudah untuk dapat dicapai. Pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial mengandung lebih banyak sumber kesalahan (error) daripada pengukuran aspek fisik. Kita tidak pernah dapat yakin bahwa validitas instrinsik telah terpenuhi dikarenakan kita tidak dapat membuktikannya secara empiris dengan langsung.
Pengertian validitas alat ukur tidaklah berlaku umum untuk semua tujuan ukur. Suatu alat ukur menghasilkan ukuran yang valid hanya bagi satu tujuan ukur tertentu saja. Tidak ada alat ukur yang dapat menghasilkan ukuran yang valid bagi berbagai tujuan ukur. Oleh karena itu, pernyataan seperti "alat ukur ini valid" belumlah lengkap apabila tidak diikuti oleh keterangan yang menunjukkan kepada tujuannya, yaitu valid untuk apa dan valid bagi siapa. Itulah yang ditekankan oleh Cronbach (dalam Azwar 1986) bahwa dalam proses validasi sebenarnya kita tidak bertujuan untuk melakukan validasi alat ukur akan tetapi melakukan validasi terhadap interpretasi data yang diperoleh oleh prosedur tertentu.
Dengan demikian, walaupun kita terbiasa melekatkan predikat valid bagi suatu alat ukur akan tetapi hendaklah selalu kita pahami bahwa sebenarnya validitas menyangkut masalah hasil ukur bukan masalah alat ukurnya sendiri. Sebutan validitas alat ukur hendaklah diartikan sebagi validitas hasil pengukuran yang diperoleh oleh alat ukur tersebut.
Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut validitas untuk menguji apakah pertanyaanpertanyaan itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/ item dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment, sebagai berikut :
Dimana r : koefisien korelasi product moment
X : skor tiap pertanyaan/ item
Y : skor total
N : jumlah responden
Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan.
Tenik yang digunakan untuk mengetahui kesesjaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu:
1. Korelasi produc moment dengan simpangan
Rumus korelasi produc moment dengan simpangan
dalam mana:
rxy = koevisien korelasi antara variable X dan Y, dua variable yang dikorelasikan (x=X-X dan y=Y-Y)
∑xy = jumlah perkalian x dan y
x2 = kuadrat dari x
y2 = kuadrat dari y
2. Korelasi produc moment dengan angka kasar
dalam mana:
rXY = koefisien korelasi antara variable X dan variable Y, dua variabel yang dikorelasikan.
D. Pengujian validitas tes hasil belajar
Penganalisisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berfikir secara rasional atau penganalisisan dengan logika. Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri pada kenyataan empiris, dimana penganalisisan dilaksanakan dengan menggunakan empirical analisis.
1. Pengujian validitas tes secara rasional
Validiras rasional (logika) adalah validitas yang yang diperoleh dari hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berfikir secara logis. Dengan demikian maka suatu tes hasl belajar dapat dikatakan telah memilii valaidiras rasional, apabila telah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil belajar itu memang (secara rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa yang harus diukur.
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional atau belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi konstruksi dan dari segi isi.
2. Pengujian validitas tes secara empirik
Dimaksud dengan validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan dilapangan
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memilikia validitas empirik ataukah belum, dapat dilakukan penelusuaran dari dua segi, yaitu dari segi daya ketepatan meramalnya dan daya ketepatan bandingannya.
a. Validitas ramalan
           Dalam istilah ramalan terkandung pengertian mengenai sesuatu yang berhak terjadi dimasa mendatang”. Apabila istilah ramalan dikaitkan dengan validitas tes, maka yang dimaksud dengan validiras ramalan dari sudut tes adalah suatu kondisi yang menunjukan seberapa jauhkah seuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukan kemampuannya untuk meramalkan apa yang berhak terjadi pada masa mendatang.
Tes seleksi penerimaan calon mahasiswa baru pada seuah perguruan tinggi misalnya, adalah suatu tes yang diharapkan mampu meramalkan keberhasilan studi para calon mahasiswa- dalam mengikuti program pendidikan di perguruan tinggi tersebut pada masa yang akan datang.
b. Validitas bandingan
Tes sebagai alat ukur dapat dikatakan telah memiliki validitas andingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menunjukan adanya huungan searah, anta rtes pertama dengan tes berikutnya. Validitas bandingan juga sering dikenal dengan istilah validitas sama saat, validitas pengalaman atau validitas pada sekarang. Dikatakan sama saat, sebab validitas tes itu ditentukan attas dasar data hasil tes yang pelaksanaanya dilakukam pada waktu yang sama. Dikatakan validitas pengalaman sebab validitas tes tersebut ditentukan atas dasar pengalaman yang telah diperoleh. Adapun dikatakan sebagai validitas ada sekarang, sebab setiapa kali kita menyebut istilah pengalaman, maka istilah itu selalau kita kaitkan dengan hal-hal yang telah ada atau hal-hal yang telah terjadi pada waktu yang lalu, sehingga data mengenai pengalaman masa lalu itu pada saat ini sudah ada ditangan.

E. Teknik pengujian validitas item tes hasil belajar
1. Pengertian Validitas Item
Dimaksud dengan validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiiliki oleh sebutir item, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.
Eratnya hubungan antara butir item dengan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas itu kiranya dapat dipahami dari kenyataan, bahwa semakin anyak butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh testee, maka skor-skor total-total hasil tes tersebut akan semakin tinggi.
Pernyataan tersebut merupakan petunjuk bahwa semaain besar “dukungan” yang diberikan oleh butir-butir item terhadap tes hasil- elajar, maka tes tersebut akan semakin dapat menunjukan “kemantapannya”.
2. Teknik Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar
       Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, kiranya menjadi cukup jelas bahwa sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesesajaran arah dengan skor totalnya ; atau dengan bahasa statistic: ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas
Menurut Retno ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur sebagai berikut :
1.      Faktor di dalam tes itu sendiri
2.       Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika : Siswa mengalami gangguan emosional dalam menjawab tes, Siswa hanya cendrung menerka-nerka dalam menjawab tes,
3.      Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian.

SUMBER

Arikunto, Suharsimi. 2006, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Darsono, Max.. 2000. Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press.

Fred N. Kerlinger. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1993.

Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif); Yogyakarta: UII Press, 2007

Imam Ghozali. Aplikasi analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.









1 komentar: