RESUME
KREDIBILITAS DATA DALAM PTK
A.
Kredibilitas Sebuah Penelitian
Para pakar penelitian sering
mempertanyakan reliabilitas dan validitas penelitian seperti penelitian
tindakan kelas yang merujuk pada tradisi kualitatif, yang karena sifatnya yang
deskriptif dan naratif mempunyai cara-cara sendiri di dalam menegakkan derajat
keterpecayaan, berbeda dengan penelitian yang sifatnya generatif dan memekai
ukuran-ukuran reliabilitas dan validitas yang sudah baku dari tradisi
positivistik.
Reliabilitas menunjuk sejauh
mana kajian dapat direplikasi, apakah seorang peneliti dengan menggunakan
metode yang ssama akan mendapat hasil yang sama seperti kajian terdahulu ?
Masalah ini bagi peneliti nateralistik seperti penelitian tindakan kelas
merupakan problema besar, karena fenomena yang dihadapinya unik, karena
karakteristik data dan proses penelitiannya berbeda, karena konvensi yang harus
diperhatikan dalam menyajikan hasil-hasil penelitian, dan karena aturan main
dan etika yang harus dipegang oleh para penelitinya. Apabila kaidah-kaidah
mencapai reliabilitas yang baku untuk kondisi laboratorium dipaksakan, maka
penelitian akan kehilangan alur kewajarannya, padahal setting yang alamiah
menjadi yang dipersyaratkan dalam penelitian tindakan kelas. Demikian juga
perhitungan dan pengukuran yang pasti akan menyebabkan daya kontruksi yang kuat
dalam menyususn kategori untuk analisis akan terkendala apabila fenomena yang
diobservasi terlalu didni direduksi atau distsndarisasi.
Jadi bagaimana kita mengetahui
bahwa sebuah penelitian kualitatif seperti halnya Penelitian Tindakan Kelas,
akurat,dapat dipercaya, dan benar ? Untuk menjawab pertanyaan ini Linchlon
(1985) mengemukakan bahwa diperlukan standar kualitas dalam penelitian
kualitatif,pada pendekatan ke arah verifikasi, dalam penngertian kapan wacana
verifikasi berakhir dan dimulainya standar kualitas. Peshkin dan Creswell
(1998) menganggap verifikasi dalam penelitian kualitatif adalah kategori yang
ditegakkan dalam definisi kerja, verifikasi adalah sebuah proses yang berlangsung
sepanjang pengumpulan data dilakukan,analisis,dan penulisan laporan penelitian.
Sedangkan standard adalah kriteria yang ditentukan oleh peneliti sendiri dan
para mitranya setelah kajian penelitian selesai.
Setelah penafsiran data, maka
akan dilakukan pemeriksaan kredibitas data. Uji kredibitas merupakan pengujian
kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Ada beberapa teknik dapat dilakukan
untuk memenihi kriteria tersebut yakni :
1.
Kredibilitas
·
Perpanjangan
keikutsertaan
Perpanjangan
keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data
yang dikumpulkan. Peneliti dengan perpanjangan keikutsertaanya akan banyak
mempelajari “kebudayaan” dapat menguji ketidakbenaran iinformasi yang
diperkenalkan oleh distori, baik yang berasal dari diri sendiri maupaun dari
responden, dan membangun kepercayaan subjek. Dengan demikian, penting sekali
atri perpanjangan keikutsertaan peneliti itu guna berorientasi dengan situasi,
juga guna memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati.
·
Ketekunan
pengamatan
Ketekunan
pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika
perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamat
menyediakan kedamaian
·
Triangulasi
Triangulasi
adlah teknik pemeriksaan keabsahan data yng memenfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Teknik triangulasi yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan melalui
sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan 4 macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
a. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton
1987:331) hal yersebut dapat dicapai melalui : 1) membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, 2) membandingkan dengan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, 3)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4) membandingkan keadaan dan persfektif
sseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat
biasa,orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang
pemerintahan, 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan
b. Triangulasi dengan metode. Menurut (Patton
1987:331) terdapat 2 strategi yaitu : 1) pengecekan derajat kepercayaan menemukan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data ,dan 2) pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c. Triangulasi dengan penyidik adalah dengan
jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan
kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu
mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.
d. Triangulasi dengan teori, menurut Lincon
dan Guba (1981:307), berdasar anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat
diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teri. Dipihak lain
Patton juga berpendapat yaitu bahwa hal itu dapat dilakukan dan hal itu
dinamakan penjelasan banding
·
Pengecekan
sejawat
Teknik ini
dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bbentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini
mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data
·
Kecukupan
referensi
Konsep
kecukupan referensi ini mula-mula diusulkan oleh Eisner (Moleong 2002) sebagai
alat untuk menampung dan menyesuaiakn dengan kritik tertulis untuk keperluan
evaluasi
·
Kajian
kasus negatif
Teknik
analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contog dan kasus
yang tidak sesuai dengan pola dan kecendrungan informasi yang telah dikumpulkan
dan digunaka sebagai bahan pembanding.
·
Pengecekan
anggota
Pengecekan
dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam
pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat
meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan
2.
Keteralihan uraian rinci
Teknik ini
menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu
dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat
penelitian diselenggarakan
3.
Kebergantungan
4.
Kepastian
RESUME
DAMPAK / MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penelitian
tindakan kelas tidak bisa dipisahkan yaitu; kelas/siswa, kinerja guru, sekolah
dan dunia pendidikan (pemerintah), sehingga untuk memecahkan masalah pendidikan
harus ada keterkaitan diantara bagian tersebut.
Sehingga
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki
layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di
kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan.
A.
Dampak PTK terhadap kelas/siswa
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan
kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat
berfungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980: 211):
a.
alat
untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di
kelas;
b.
alat
pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan
mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat;
c.
alat
untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan
atau inovatif;
d.
alat
untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;
e.
alat
untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik
terhadap pemecahan masalah kelas.
Dengan teridentifikasinya fungsi PTK di kelas, dengan
jalannya tersebut, otomatis kulitas siswa akan lebih bagus.
B. Dampak PTK
terhadap guru
Penelitian guru yang dimaknai
sebagai inkuiri yang dilakukan dengan sadar dan sistematis yang dilakukan di
kelas atau di sekolahnya sendiri, mempunyai potensi untuk meningkatkan
ekspertisnya yang dapat disumbangkan kepada masyarakat sekolah dengan berbagai
perspektif unik dalam belajar mengajar. Hasil-hasil
penemuan penelitian guru terutama ditunjukan untuk digunakan dan diaplikasikan
di dalam konteks di mana kajian itu dilakukan;
1.
Dapat
berbentuk peningkatan kerangka kerja secara konseptual
2.
Pratik mengajar yang dirubah
3.
Dan bahkan
bisa bisa berbentuk rekonstruksi kurikulum.
Guru
berada pada situasi unik, yakni pada posisi untuk mengobservasi peserta didik
dalam jangka waktu yang panjang dan di berbagi situasi, serta karenanya
memiliki pengetahuan dari dalam mengenai fikiran dan tindakan peserta didik.
Dari
pengalaman melakukan penelitian, guru menyadari kekurangannya dan berusaha
untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilannya. Guru sadar akn perlunya
upaya-upaya pembahruan atau inovasi, untuk mendukung kegiatan-kegiatan
perbaikan. Melalui pengalaman melakukan penelitian, guru memahami hubungan
antara gagasan atau teori dengan praktik mengajar guru dan belajar siswa dalam
kesehariannya, dan kesadaran ini akan menumbuhkan rasa percaya diri pada guru,
yang apabila terus dikembangkan menjadi rasa harga diri.
C. Dampak PTK Terhadap Sekolah
Kegiatan pendidikan tindakan kelas yang
dilakukan para guru di sekolah, tidak hanya meningkatkan kualitas profesional
pendidik secara individual, akan tetapi akan berdampak juga terhadap sejawat di
sekolah tersebut, karena penelitian tindakan kelas dilakukan tidak hanya oleh
seorang guru melainkan secara partisipatorik membawa sejawat atau yang lainnya
dalam peran sebagai mitra peneliti.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh
guru, dengan demikian memberikan sumbangan dalam menjembatani kesenjangan
antara apa yang diajarkan di kelas/sekolah, antara penelitian yang dilakukan para
peneliti tradisional dari uneversitas dengan yang dilakukan guru di kelasnya
sendiri, dan kekurangan informasi secara umum mengenai kehidupan di dalam
kelas. Karena peran penelitian
guru dapat mengisi kesenjangan komunikasi antar universitas-sekolah, maka
relasi inter lembaga yang lebih baik akan mendukung upaya-upaya perbaikan
sekolah atau school imporovement.
Dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan
oleh guru bersama-sama dengan sejawat secara kolaboratif dan partisipatif, para
guru di sekolah berbicara satu sama lain,berdiskusi mengenai apa yang mereka
alami dalam pratik pembelajaran dan penelitian, serta dalam inkuiri reflektif
mereka, dan dengan cara demikian dalam konteks sekolah secara keseluruhan
menciptakan focus yang koheren yang diperlukan bagi perkembangan dan perbaikan
sekolah (Hopkins, 1993:213).
Upaya-upaya perbaikan sekolah untuk mendukung peningkatan
mutu pendidikan, antara lain pada masa sekarang dengan melaksanakan kurikulum
baru yang dikenal dengan nama kurikulum berbasis kopetensi (KBK). Dengan
berorientasi kepada para peserta didik yang memiliki kecakapan hidup atau life skills, KBK menuntut kerangka
berfikir dan metodologi alternative, apabila yang akan dihasilkan adalah
keluaran yang kompeten untk memasuki kehidupan termasuk lapangan kerja pada
zamannya.
Peningkatan mutu pendidikan dan upaya perbaikan sekolah
tidak hanya tergantung dari kualitas kenerja para guru saja, melainkan semua
orang yangditu menjadi komunitas sekolah. Ini berarti, bahwa kompetensi
dituntut juga dalam leadership kepala sekolah, kinerja para guru bantu, staf
administrasi sekolah dan pihak semi-eksternal penunjang sekolah seperti msalnya
dewan sekolah.
Pembaharuan
sekolah atu school improvement,
dengan tujuan mampu melakukan usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan dengan
melaksanakan kurikulum KBK, misalnya, sebagi bentuk pertanggungjawaban, adalah
dengan meningkatkan kemampuan atu kompotensi semua pihak. Upaya peningkatan
kemampuan atu kompetensi pihak guru dalm kinerjanya sebagai pendidik, misalnya,
antara lain yang paling efektif adalah dengan melakukan penelitian tindakan
kelas, untuk meraih berbagai
kemampuan dan keterampilan dalm pembelajarannya.
Berbagai
tuntunan perbaikan yang mendukung pembahruan sekolah, memberikan refleksi ke
posisi awal, yaitu kepada pendidikan guru. Apabila penelitian tindakan kelas melatih keterampilan
pembelajaran guru di kelas, maka isi pembelajaran di peroleh guru pada “pre-service training”-nya atau waktu
belajar di universitas. Lembaga pendidikan gurulah (atau LPTK) yanhg pertama-tama
harus menghasilakan tenaga gyru yang memiliki atribut-atribut profesi, sehingga
mereka mempunyai potensi menjadi guru yang professional. Salah satu kriterianya
ialah guru harus menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai
dengan tugasnya sebagai pendidik, agar memperoleh prestise, pendapatan yang
baik, dan otomi yang dimiliki hanya oleh mereka yang mempunyai bakat, terdidik,
terampilan dan berdedikasi.
Dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang
menjadi sasaran utama PTK, yaitu
siswa / pembelajaran, guru, dan sekolah. Tiga komponen
itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.
a. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
di kelas. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat
dapat dianalisis dan didiagnosis,
sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika
kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah
dilaksanakan, menarik, dan hasil
belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Ini menunjukkan adanya
hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa.
Keduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk
melakukan PTK.
Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang
dilakukan oleh guru dapat menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya. Guru yang selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kristis inilah yang akan
dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang
dilakukan oleh gurunya.
b. Manfaat bagi guru.
Beberapa manfaat PTK bagi
guru antara lain:
1. Guru memiliki kemampuan memperbaiki
proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang
terjadi dikelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas
bagi guru, karena Ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya
melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
2. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan
kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai,
merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal
ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas
terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti
dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang
inovatif dan kreatif.
3. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil
perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang
dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran.
4. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis kinerjanya sendiri di
dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan
tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah /
kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah
guru yang memiliki kepercayaan diri
yang kuat.
c. Manfaat bagi sekolah
Sekolah
yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara
profesional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Ada hubungan
yang erat antara berkembangnya suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan
guru. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan
untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK
tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena
peningkatan kualitas pembelajaran
mencerminkan kualitas pendidikan
di sekolah tersebut.
RESUME
PENGUMPULAN
DATA KUALITATIF
DALAM
PTK
Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data dalam PTK
Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa teknik
dalam mengumpulkan data, seperti yang dikemukakan Sevilla, dkk (1993) bahwa
dalam pengumpulan data penelitian dalam pendidikan dapat meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1.
Pengamatan;
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah
proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan
digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi
pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dalam kelompoknya.Pengamatan
dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur.Alat yang bisa digunakan dalam
pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain.
2.
Pertanyaan;
Teknik pertanyaan lebih cocok digunakan
dalam pendekatan survei. Pertanyaan yang efektif akan membantu pengumpulan data
yang akurat, karenanya Fox (dalam Sevilla, 1993) memberikan kreteria
karakteristik pertanyaan yang efektif sebagai berikut; (a) bahasanya jelas, (b)
ada ketegasan isi dan periode waktu, (c) bertujuan tunggal, (d) bebas dari
asumsi, (e) bebas dari saran, dan (f) kesempurnaan dan konsistensi tata bahasa.
3.
Angket atau kuesioner (questionnaire)
Angket
atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung
(peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut
angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon
oleh responden.Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau
respon sesuai dengan presepsinya.
4.
Studi dokumenter (documentary study)
Studi dokumentermerupakan merupakan suatu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,baik
dokumen tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh
kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk
satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.Jadi studi dokumenter tidak
sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk
kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan.
Pengumpulan data PTK biasanya dilakukan dengan
menggunakan banyak cara dari berbagai sumber sehingga dikatakan bahwa
pengumpulan datanya menggunakan triangulasi.
Menurut Mills (2003:71), dari segi teknik pengumpulan
data kualitatif, ada tiga teknik yang dapat dipilih oleh peneliti untuk
mengumpulkan data yaitu ;
1. Experiencing
Yaitu pengumpulan data melalui pengalaman
sendiri, terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan atau membuat catatan
lapangan.teknik pengumpulan datanya dapat berupa a) observasi partisipan
sebagai partisipan aktif; b) pengamatan aktif yang khusus; dan c) pengamat
pasif.
Pengamatan PTK dapat dilakukan oleh guru sendiri
sebagai partisipan aktif; pengamatan aktif yang khusus;atau sebagai pengamatan
pasif.
Guru bertindak sebagai
pengajar di kelasnya sendiri. Guru sebagai partisipan aktif biasanya membuat
catatan lapangan. Catatan lapangan tersebut dapat berbentuk catatan anekdot
ditambah dengan bebera catatan yang lain.
Guru bertindak sebagai
pengamat
aktif khusus apabila dia mengamati peserta didik pada saat dia tidak
bertindak langsung sebagai pengajar mata pelajarannya sendiri tapi ketika
mengamati peserta didiknya pada pelajaran lain. Seperti mulok, olahraga bebas,
atau kegiatan lain di perpustakaan. Dalam hal ini, guru dapat bertindak sebagai
guru piket yang menjaga peserta didiknya melakukan kegiatan.
Guru dapat bertindak
sebagai pengamat pasif apabila dia berfungsi sebagai pengajar tetapi menjadi
pengamat di kelas guru lain yang mengajar. Guru hanya mengamati apa yang
akan terjadi disitu,
Observasi
atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan datadengan melakukan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Adabeberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
observasi, diantaranya :
Ø
Memperhatikan fokus penelitian,
kegiatan apa yang harus diamati, baik yangumum maupun yang khusus. Kegiatan yang umum maksudnya yaitu segala
sesuatuyang terjadi di dalam kelas harus diamati dan dikomentari serta dicatat
dalamcatatan lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus, maksudnya
ialahobservasi tersebut hanya memfokuskan pada kegiatan khusus yang terjadi di
dalamkelas, seperti kegiatan tertentu atau praktik pembelajaran tertentu.
Ø
Menentukan kriteria yang diamati, dengan terlebih dahulu mendiskusikan
ukuranapa yang digunakan dalam pengamatan.
Langkah-langkah Observasi
Dalam melaksanakan observasi ada beberapa langkah/ fase utama
yang harusditempuh, antara lain :
a)
Pertemuan Perencanaan
Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan
bersamauntuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi
antaraobserver (pengamat) dan observee (yang diamati) mengenai
fokuspermasalahan yang akan diamati.
b)
Observasi Kelas
Dalam fase ini, observer mengamati proses pembelajaran
danmengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada
prosespembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada siswa maupun situasi di
dalamkelas.
c)
Diskusi Balikan
Pada fase ini, guru sebagai peneliti bersama dengan pengamat
mempelajaridata hasil observasi untuk dijadikan catatan lapangan dan
mendiskusikanlangkah-langkah selanjutnya.Kegiatan ini harus dilaksanakan dalam
situasisaling mendukung (mutually supportive) serta didasarkan pada
informasi yangdiperoleh selama observasi.
2. Enquiring
Yaitu teknik
pengumpulan data pertanyaan oleh peneliti. Hal ini dapat berupa :
a)
Wawancara
informal,adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.(Mills:2003) menyarankan penggunaan dengan 5W
dan H (Who,What,Where,When,Why,dan How).
b)
Wawancara formal tersruktur; wawancara ini digunakan
sebagai teknik pengumpulan data,bila peneliti telah mengetahui dengan pasti
tentang informasiapa yang akan diperoleh. Karena itu dalam melakukan
wawncara,peneliti menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternative jawaban pun telah disiapakan.
c)
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawab.
d)
Skala likert; dengan skala likert guru
menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab responden dengan memilih
apakah mereka sangat setuju,sutuju,ragu-ragu,tidak setuju,atau sangan tidak
setuju.
e)
Skala perbedaan makna; dengan skala ini guru
meminta peserta didik atau orang tua mengisi format dengan melengkapi suatu
angka yang menunjukkan derajat tertentu pada suatu skala perbedaan makana
(sistematik differential)
f)
Tes baku
3. Exsamining.
Yaitu teknik
pengumpulan data melalui pembuatan dan pemanfaatan catatan yang dapat berupa ;
a)
Dokumen arsip.
Terdapat berbagai arsip yang
dapat digunakan oleh guru untuk memperoleh wawancara kejadian masa lalu,
mengidentifikasi kecendrungan masa depan dan menjelaskan mengapa sesuatu
seperti yang dapat diamati sekarang.
Dokumen memiliki arti barang-barang tertulis.
Jadi dalam pengumpulan datadengan menggunakan dokumen arsip, peneliti
mengumpulkan dan mencermatibenda-benda tertulis yang dapat digunakan untuk
memperoleh wawasan kejadianmasa lalu, mengidentifikasi kecenderungan masa
depan, dan menjelaskan tentangsesuatu seperti yang dapat diamati sekarang.
Menurut Calhoun (1994, dalam Mills,2003), sumber data arsip di
sekolah dapat berupa hal-hal berikut:
Ø Daftar hadir peserta didik
Ø Daftar peserta didik yang melanjutkan
Ø Daftar disiplin
Ø Daftar peserta didik yang dropout
Ø
Daftar hadir pertemuan guru-orang tua peserta didik
Ø
Data prestasi peserta didik dalam berbagai ajang kegiatan lomba,
sepertimatematika, membaca, menulis, dll.
Ø
Skor pada saat mengikuti tes standar
Ø
Daftar keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ekstra kurikuler.
Ada berbagai dokumen yang dapat membantu
peneliti dalam mengumpulkandata penelitian yang ada relevansinya dengan
permasalahan dalam penelitiantindakan kelas, seperti:
Ø
Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Ø
Laporan-laporan diskusi
Ø Berbagai macam hasil ujian
dan tes
Ø Laporan rapat
Ø Laporan tugas siswa
Ø Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran
Ø Contoh essay yang ditulis siswa (Elliot, 1991 dalam rochiati
2005)
Menurut goetz
dan LeCompte (1984 dalam rochiati 2005), dokumen yangmenyangkut para partisipan
penelitian akan menyediakan kerangka bagi data yangmendasar, antara lain:
Ø koleksi dan analisis buku teks
Ø kurikulum dan pedoman pelaksanaannya
Ø arsip penerimaan siswa baru
Ø catatan rapat
Ø catatan tentang siswa
Ø rencana pelaksanaan pembelajaran dan catatan guru
Ø hasil karya siswa
Ø kumpulan dokumen pemerintah
Ø
koleksi arsip guru berupa buku harian, catatan
peristiwa penting (logs) dankenang-kenangan dari siswa angkatan lama
b)
Jurnal
Jurnal harian merupakan salah
satu sumber data yang sangat berharg, baik yang ditulis peserta didik maupun
guru.
Jurnal
Harian adalah salah satu format yang merupakan modifikasi catatanlapangan (field
notes) yang dapat dimanfaatkan oleh guru yang merangkap fungsisebagai
pelaku tindakan perbaikan dan pengamat dengan hasil yang menjanjikan.Sebagaimana
telah dikemukakan jurnal harian merupakan semacam catatan hariansehinggga dapat
berfungsi sebagai rekaman pengamatan yang sangat efektif. Jurnalharian
merupakan alat bantu yang lebih sederhana yang sangat praktis namun jugacukup
produktif, sehingga cocok digunakan oleh pengamat yang juga sekaliguspelaku
tindakan.
Cochran
Smith Lytle (1993,dalam Mills, 2003) mengemukakan
bahwa jurnal guru merupakan bagianterpenting dalam PTK karena jurnal guru/calon
guru mungkin berisi hal-hal sepertiberikut:
Ø
Catatan mengenai kehidupan di kelas di mana guru/calon guru mencatat
hasilpengamatan dan merefleksikan pengalaman mengajarnya.
Ø
Catatan mengenai deskripsi, analisis, dan interpretasi guru/calon guru.
Ø
Catatan mengenai pokok-pokok kejadian dalam kelas yang dialami peserta
didikdan apa arti kejadian ini bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran
berikutnya.
Ø
Catatan sebagai landasan untuk mengamati kembali, menganalisis,
danmengevaluasi pengalaman mereka.
Ø
Catatan
mengenai apa yang terjadi dalam kelas dilihat dari kaca mata guru.
c)
Pembuatan peta
Peta memberikan
wawasan konseptual dengan alat untuk melakukan refleksi dengan cara berpikir
kembali mengenai keadaan kelas. Peta tempat duduk peserta didik dalam kelas
maupun letak peralatan dalamkelas sangat membantu guru yang baru pertama
kalinya masuk ke kelas itu. Petamemberikan wawasan konseptual dengan alat untuk
melakukan refleksi dengancara berpikir kembali mengenai keadaan kelas.
d)
Penggunaan video, audiotape,
foto, dan film
Videotape
merupakan alat yang sangat baik untuk menangkap peristiwa yang terjadi dalam
kelas. Dengan memutar kembali isinya guna memperoleh kesempatan untuk melakukan
refleksi. Selain foto juga dapat dibuat untuk memberikan penekanan suatu
peristiwa yang terjadi di kelas.
Rekaman foto, slide, tape, dan video
merupakan sumber data tidak tertulisyang dapat membantu guru dalam memantau
kegiatannya di kelas sehinggapeneliti mempunyai alat pencatatan untuk
menggambarkan apa yang sedang terjadidi kelas pada waktu pembelajaran dalam
rangka penelitian tindakan kelas. Alat-alatelektronik ini berfungsi untuk
menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa-peristiwapenting atau khusus yang terjadi atau ilustrasi dari episode
tertentusehingga dapat digunakan untuk membantu mendeskripsikan apa yang peneliticatat
di catatan lapangan, apabila memungkinkan. Gambar-gambar foto, cuplikanrekaman
tape atau slide berguna juga dalam wawancara, baik untuk memulai
topicpembicaraan ataupun untuk mengingatkan agar peneliti tidak menyimpang
daritujuan wawancara.
Dengan demikian, data dokumentasi gambaran
utuh itu,digunakan pula dalam proses validasi data. Dengan video dan tape
recorder gurujuga dapat mengamati kegiatan mengajarnya dan membahas
masalah-masalah yangmenjadi perhatian penelitian, sehingga guru memperoleh kesempatan
untukmelakukan refleksi mengenai penguasaan konsep, keterampilan, dan sikap
pesertadidiknya. Selain itu, foto juga dapat dibuat untuk memberikan penekanan
atassuatu peristiwa yang terjadi di kelas. Pada proses analisis dibahas apa
yangdiharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak
seperti yangdiharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti
yang diharapkan,dan apakah perlu dilakukan tindak lanjut.
Alat bantu rekam elektronik memang
menjanjikan kelengkapan dokumentasi,meskipun masih mengandung keterbatasan -
keterbatasan juga. Kamera hanyamampu merekam informasi visual, sedangkan kamera
video dapat merekam 2dimensi informasi yaitu audio dan visual, meskipun masih
tetap ada keterbatasanteknis seperti misalnya dari segi sudut pandang kamera.
Dalam banyak hal,penggunaan berbagai alat bantu rekam yang canggih memang
sangat menggodadan menjanjikan kemanfaatan yang nyata untuk keperluan -
keperluan tertentudalam bentuk kelengkapan rekaman.
Namun disamping berbagai keuntungan
yangdijanjikannya, penggunaan alat bantu rekam dalam konteks PTK juga
perludipertimbangkan dari segi kelayakannya (feasibility). Artinya,
hasil rekaman yangsangat lengkap dengan alat bantu rekam yang canggih itu,
tidak akantermanfaatkan secara maksimal apabila untuk keperluan tayang ulang (replay)karena
diperlukan persiapan dan/atau perlengkapan yang memakan waktu
untukmenggelarnya. Belum lagi
apabila juga diperhitungkan investasi yang diperlukanatau gangguan (intusion)
yang diakibatkan dalam penggunaannya. Alat bantuperekaman elektronik lebih
berpeluang menghasilkan gambaran yang lebihobyektif, namun agar benar - benar
bermanfaat sebagai masukan, interpretasisecara jelas memang dibutuhkan. Oleh
karena itu, hasil rekaman elektronik harussecepatnya ditranskripsikan dan
dibubuhi catatan - catatan sesuai dengan keperluansehingga terwujud sebagai
catatan lapangan (field notes).
Dalam penggunaan alat-alat elektronik seperti
alat pengambil foto, slides dankamera video jangan sampai mengganggu siswa dan
guru yang sedang terlibat.
Dalam pembelajaran serta tidak mengganggu jalannya
pembelajaran di kelas karenadi khawatirkan para siswa akan lebih terpikat pada
kesibukan rekaman video daripada berpartisipasi dalam pembelajaran itu sendiri.
Untuk itu alat pengambil foto,slides dan kamera video sebaiknya dipegang oleh
mitra peneliti (teman sejawat)bukan oleh penyaji bahan pembelajaran.
e)
Artifak
Yang sumber data tertulis atau berupa visual yang
dapat memberikan sumbangan pada
pemahaman penelitian tentang apa yang terjadi di kelas dan sekolah.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam
Pengumpulan Data PenelitianTindakan Kelas.
Dalam pengumpulan data Penelitian Tindakan
Kelas terdapat hal penting yang harusdiperhatikan yaitu instrumen penelitian.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitasyang digunakan oleh peneliti
dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudahdan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis. Dari instrumentpenelitian ini
akan didapatkan hasil berupa data yang akan digunakan dalam
penelitian.Instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data dalam penelitian
harus betul-betuldirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
data sebagaimana adanya.
Hal ini disebabkan karena benarnya data yang
dihasilkan, sangat menentukan bermututidaknya hasil penelitian.Apabila mengkaji
hakikat dari instrumen penelitian, sebaiknya penelitimemperhitungkan terlebih
dahulu jenis data yang dibutuhkan dan ingin di dapatkandalam penelitian.
Setelah itu instrumen mana yang akan digunakan dalam pengumpulandata. Peneliti
harus mengusai betul metode atau teknik yang digunakan dalampengumpulan data.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat berjumlah lebihdari satu jenis
instrumen. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian dantingkat
kejelasan data yang didapatkan. Karena dalam penggunaan instrumen ini
terdapatdua kategori instrumen, yaitu instrumen utama dan instrumen tambahan.
Instrumen utama ini digunakan sebagai alat
pengumpul data yang diutamakan, sedangkaninstrumen tambahan digunakan apabila
data yang dihasilkan oleh instrumen utama initidak didapatkan kejelasan tentang
permasalahan yang sebenarnya atau tingkatkedalaman permasalahan.Setelah
ditetapkan jenis instrumen yang akan digunakan, peneliti menyusun
kisi-kisiinstrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup pertanyaan, abilitas yang
diukur, jenis pertanyaan,banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau
lingkup materi pertanyaandidasarkan dari indikator variabel. Artinya, setiap
indikator akan menghasilkan beberaparuang lingkup isi pertanyaan serta abilitas
yang diukurnya.
Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang
diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau diukur prestasibelajar,
maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam
halpengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Atau bila
yang diukuradalah sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap yang diukur kita
bedakan menjadiaspek kognitif, afektif dan psikomotornya. Lalu langkah
selanjutnya adalah berdasarkankisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusu
Sitem atau pertanyaan sesuai dengan
jenisinstrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.Sebuah
instrumen penelitian dapat dikatakan baik bila memenuhi tiga kriteria
pokokyaitu validitas, reabilitas dan praktikabilitas.
RESUME
PENETAPAN FOKUS MASALAH PTK DAN LANGKAH-LANGKAH
MERUMUSKAN MASALAH PTK
A. Penetapan Fokus Masalah PTK
Permasalahan yang di
angkat dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah yang dihayati oleh guru
dalam praktik pembelajaran yang dikelolanya,bukan permasalahan yang disarankan
apalagi ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh dosen LPTK yang menjadi mitranya.Permasalahan
tersebut dapat beragkat atau bersumber dari siswa,guru,bahan
ajar,kurikulum,interaksi pembelajaran,dan hasil belajar siswa.
B. Langkah-langkah merumuskan masalah PTK :
Mengacu Pada
Penelitian induknya, yaitu penelitian tindakan sebagaimana yang dikemukakan
oleh Cohen dan Manion (1980) serta Winter (1989), maka secara konseptual
teoritis,ada beberapa langkah PTK yaitu :
1.
Identifikasi dan merumuskan masalah
Pada tahap yang paling penting adalah
menghasilkan gagasan-gagasan yang awal mengenai permasalahan actual yang
dialami guru di kelas. Dengan berangkat dari
gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki
keadaan dengan menggunakan PTK.
Dalam konteksnya
dengan langkah pertama ini, yakni mengidentifikasi dan merumuskan masalah,
lebih dahulu disajikan uraian tentang ruang lingkup masalah dalam penelitian
tindakan kelas.
a.
Ruang lingkup masalah
PTK dilakukan untuk mengubah perilaku
penelitinya yaitu guru, perilaku orang lain yaitu siswa, atau mengubah kerangka
kerja yaitu kegiatan pembelajaran yang pada gilirannya menghasilkan perubahan
dan peningkatan kualitas keseluruhan aspek.
b.
Identifikasi Masalah
Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan
diidentifikasi oleh guru sendirisebagai peneliti, meskipun dapat juga dilakukan
dengan bantuan fasilitator, supaya merasa betul-betul terlibat dalam proses
penelitiannya. Masalah dapat berupa kekurangan yang dirasakan dalam penerapan
model pembelajaran, penggunaan metode, penggunaan alat peraga.rendahnya
keaktifan siswa dalam pembelajaran,kreativitas belajar siswa dan sebagainya. Jadi masalah berupa kesenjangan antara kenyataan dan
keadaan yang diinginkan.
c.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah harus
mengandung deskripsi secara jelas tentang kesenjangan antara kenyataan yang ada
dengan keadaan yang diinginkan.
2.
Analisis Masalah
Peneliti guru kelas
sendirian atau dengan bermitra dengan dosen LPTK melakukan analisis terhadap
permasalahan-permasalahan tersebut untuk menentukan urgensi pengatasan. Dalam
hubungan ini akan terkemukakan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi.
Menurut Abimanyu (1995) arahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
permasalahan untuk PTK adalah sebagai berikut :
1.
Pilih
permasahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau topic yang
melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh
sekolah.
2.
Jangan
memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk
mengatasinya.
3.
Pilih dan
tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas.
4.
Usahakan
untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan focus penelitian.
5.
Kaitkan
PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam
rencana pengembangan sekolah.
Keberhasilan pada
tahap analisis masalah akan menentukan keberhasilan keseluruhan proses
pelaksanaan PTK. Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan,
tergantung pada tingkat kesulitan yang ditunjukkan dalam perumusan masalah. Di
antara analisis masalah yang dapat dilakukan adalah analisis sebab-akibat
tentang kesulitan yang dihadapi,pemeriksaan asumsi yang dibuat,kajian terhadap
data penelitian yang tersedia, atau mengamankan data pendahuluan untuk
mengklarifikasi persoalan atau untuk mengubah cara pandang individu yang
terlibat dalam oenelitian tentang masalahnya.
3.
Perumusan hipotesis tindakan
Setelah menetapkan focus permasahan serta
menganalisisnya menjadi bagian-bagian dan lebih kecil, maka selanjunya guru
perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas,sfesifik dan operasional
Dalam penelitian
tindakan kelas, rumusan hipotesisnya bukan hipotesis tentang perbedaan atau
hubungan antar variable, melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis
tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang
diinginkan.
4.
Merumuskan Perencanaan Tindakan
Dalam merumuskan
rencana tindakan hendaknya memuat informasi sebagai berikut :
a.
Apa yang diperlukan untuk menentukan
kemungkinan terpecahnya masalah yang telah dirumuskan
b.
Alat-alat
dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data.
c.
Rencana
perekaman atau pencatatan data dan pengolahannya
d.
Rencana
untuk melaksanakan tindakan dan mengevaluasi hasilnya.
5.
Melaksanakan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang direncakan hendaknya
bersifat fleksibel untuk mencapai perbaiakn yang diinginkan. Pada saat tindakan
dilaksanakan inilah pengumpulan data dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup
semua yang dilakukan, pengaruh tindakan terhadap peserta penelitian, pola interaksi
yang terjadi,dan proses yang berlangsung.
6.
Menganalisis dan Memaknai data
Isi semua catatan atau
rekaman data hendaknya dicermati untuk dijadikan landasan melakukan refleksi.
Disini peneliti harus membandingkan berbagai isi catatan atau rekaman agar dapat menentukan suatu temuan yang
relative valid dan reliable. Dengan perbandingan ini, unsure kesubjektifan
dapat dikurangi. Penggolongan dapat dilakukan juga untuk dapat menyimpulkan dan
memberikan pemaknaan data.
Data yang diperoleh
melalui tes akan sangan membantu untuk menentukan adanya perbaikan yang
diinginkan. Semua yang terjadi, baik yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan perlu dianalisis untuk menentukan apakah ada perubahan kea rah
perbaikan atau peningkatan kualitas di segala aspek praktik dalam situasi yang
terkait dengan kegiatan pembelajaran.
7.
Membuat Laporan Hasil
Hasil analisis data dilanjutkan dengan
penyusunan laporan. Laporan hendaknya mencakup ulasan lengkap tentang
pelaksanaan tindakan sesuai dengan yanh telah direncanakan, pelaksanaan
pemantauannya, dan perubahan atau peningkatan kualitas yang terjadi sebagai
akibat dari tindakan yang dilakukan.
RESUME
MENGKAJI
KERANGKA BERFIKIR DAN PARADIGMA SERTA HIPOTESIS TINDAKAN DALAM PTK
A. Pengrtian kerangka berfikir
Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan
hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan
pustaka, dengan meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil penelitian yang
terdahulu yang terkait.
Kerangka pikir ini digunakan sebagai dasar untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat. Atau, bisa diartikan sebagai
mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka logis (construct logic) atau
kerangka konseptual yang relevan untuk menjawab penyebab terjadinya masalah.
Untuk membuktikan kecermatan penelitian, dasar dari teori tersebut perlu
diperkuat hasil-hasil penelitian
terdahulu yang relevan.
Kerangka pikir itu penting untuk membantu dan mendorong
peneliti memusatkan usaha penelitiannya untuk memahami hubungan antar variabel
tertentu yang telah dipilihnya, mempermudah peneliti memahami dan menyadari
kelemahan/keunggulan dari penelitian yang dilakukannya dibandingkan penelitian
terdahulu
B. Karekteristik paradigama
Karakteristik paradigm penelitian ini sebenarnya harus
secara disiplin kita taati karena kita telah memilih paradigm penelitian yang
kita lakukan. Jika kita melakukan penelitian tindakan (kelas untuk para guru
dan calon guru). Mereka harus menyadari penelitian tindakan ini sebuah metode
yang menggunakan teknik kritik terhadap discourse, terhadap latar yang terjadi,
terhadap latar pembelajaran yang terjadi, maka kita harus tegas tehadap setting
apa yang ingin kita tingkatkan, maka kita harus focus terhadap discource yang
kita sedang cermati. Kita jangan lari ke hasil tindakan bukan pada tindakan
(jika kita melihat hasil belajarnya sementara tindakan hanya sebagai tindakan
tanpa ada perubahan, maka kita lari dari focus (discource) yaitu peningkatan
tindakan , sementara hasil belajar itu dampak dari tindakan)
C. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah upaya mencari perubahan dan
meningkatkan. Peneliti bukanlah orang luar, peneliti adalah partisipan atau
agen pembaharu, artinya kita tidak dapat menyerahkan pelaksanaan tindakan
kepada orang lain (karena kitalah yang sedang me dan di tingkatkan). Apakah
hasil dapat diterapkan di tempat lain, jawabannya tidak. Penelitian yang
mencari perubahan dan peningkatan layanan tidak dapat diterapkan di tempat
lain. Penelitian ini untuk mencari perubahan dan peningkatan situasi (latar
peneltian jadi tidak bisa dipindah). Apakah telah terjadi perubahan dan
peningkatan? Maka verifikasi akan menentukan, karena kesepakatan/consensus
seluruh pihak yang terlibat yang akan memutuskan tingkat keberhasilan. Jika
guru dan siswa tanpa pihak lain, maka guru dan siswalah yang memeriksa tingkat
keberhasilan itu. Jika ada kepala sekolah, maka consensus ditambah kepala
sekolah.
Artinya semua dikembalikan kepada guru tentang ukuran
keberhasilannya. Situasi inilah menuntut pemahaman yang benar tentang PTK. Jika
guru merasa, bila kenaikan hasil belajar digunakan sebagai indicator, maka
inilah boomerang sedang berjalan mengancam esensi penelitian itu. Pemahaman dan
kesadaran tentang metode penelitian dengan teknik kritkik “Discourse” ini harus
termaknai dengan penuh kesadaran. jadi PTK bukan satu-satunya penyebab
nilai siswa
Sebagai catatan agar guru/peneliti tidak focus pada hasil
belajar dan kembali focus kepada tindakan atau solusi, apakah solusi berhasil
bukan nilai ukurannya. NIlai yang diperoleh siswa ditentukan oleh banyak ubahan
(penyebab), antara lain: siswa belajar, guru mengajar, orangtua membimbing
belajar siswa dirumah
Langkah-langkah
membangun kerangka penelitian atau paradigma penelitian, diantaranya:
- Pahami keadaan objek penelitian dengan cermat, sehingga dapat merumuskan masalah penelitian yang jelas dan research question yang jelas pula
- Pahami tujuan penelitian, dan tuliskan tujuan penelitian dengan rinci menjadi tujuan umum dan tujuan khusus
- Pelajari teori yang relevan, yang berhubungan dengan subjek penelitian Anda
- Pahami konsep-konsep yang diuraikan dalam teori tersebut dengan cermat. Hal ini sangat penting agar tidak membuat kekeliruan ketika menyusun kerangka fikir dan menterjemahkan konsep menjadi variabel.
- Pelajari hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian Anda (tujuannya, pendekatannya, sampling, variabel-variabel utama, instrumen penelitian, metode analisa data, kesimpulan dan implikasinya).
- Kembangkan pengetahuan yang diperoleh berdasar keyakinan/pengetahuan peneliti sendiri, untuk menyusun kerangka fikiran (kerangka konseptual) penelitian yang diharapkan dapat menjawab research questions penelitian tersebut.
D .Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai dugaan sementara pada penelitian yang akan dilakukan.temasuk
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, hipotesis dibutuhkan sebagai
acuan peneliti yang disebut dengan hipotesis
tindakan.
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan yang terdapat pada metode-metode penelitian lain melainkan hipotesis tindakan idealnya hipotesis penelitian tindakan mendekati keketatan penelitian formal yang situasi lapanga yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk memenuhi tuntutan itu
Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan
yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan
untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur
yang mungkin dapat dilaksanakan yang perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan prosedur tindakan
yang dianggap tepat.
Beberapa acuan penyusunan hipotesis tindakan dalam PTK, antara lain:
1) Menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian
2) Merupakan jawaban sementara dari kajian teori
yang disusun oleh peneliti
3) Merupakan jawaban sementara dari kerangka berpikir
Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis
tindakan
Dilihat dari sudut lain, alternatif
tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti
mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal
terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
Misalnya:
jika kebiasaan membaca ditingkatkan melalui
penugasan mencari kata atau istilah serapan, perbendaharaan kata akan meningkat
dengan rata–rata 10% setiap bulannya.
Dari contoh ini, hipotesis tindakan
merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkkan masalah yang ingin
diatasi dengan penyelenggaraan PTK.
Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan
berbeda dengan hipotesis formal. Jika hipotesis penelitian formal menyatakan
adanya hubungan antara dua variabel atau lebih atau menyatakan adanya perbedaan
antara dua kelompok atau lebih, maka hipotesis tindakan tidak mengatakan
demikian, tetapi mengatakan percaya tindakan kita akan merupakan suatu solusi
yang dapat memecahkan permasalahan yang diteliti. Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, sebagai peneliti guru dapat
melakukan:
1) Kajian teoretik di bidang pembelajaran pendidikan
2) Kajian hasil–hasil penelitian yang relevan dengan
permasalahan
3) Diskusi dengan rekan– rekan sejawat, pakar pendidikan,
peneliti lain, dan sebagainya.
4) Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya
yang dituangkan dalam bentuk program, dan
5) Mereflesikan pengalamannya sendiri sebagai guru.
Dari hasil kajian tersebut dapat diperoleh
landasan untuk membangun hipotesis tindakan. Menurut Soedarsono (1997)
beberapa, hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan
adalah sebagai berikut:
1. Rumusan
alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian. Dengan kata lain,
alternatif tindakan perbaikan hendaknya mempunyai landasan yang mantap secara
konseptual.
2. Setiap alternatif
tindakan perbaikan yang dipertimbangkan perlu dikaji ulang dan dievaluasii dari
segi relevansinya. Disamping itu juga perlu ditetapkan cara penilaiannya
sehingga dapat memfasilitasi pengumpulan serta analisis data secara cepat namun
tepat selama program tindakan perbaikan itu diimplementasikan.
3. Pilih alternatif
tindakan serta prosedur implemen-tasi yang dinilai paling menjanjikan hasil
optimal namun masih tetap ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk melakukannya
dalam kondisi dan situasi sekolah yang aktual.
4. Pikiran dengan
seksama perubahan – perubahan ( perbaikan – perbaiakn) yang secara implisit dan
dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik yang berupa proses dan hasil belajar
siswa maupun tehnik mengajar guru.
b. Analisis kenaikan
hipotesis tindakan
Setelah diperoleh gambaran awal mengenai
sejumlah hipotesis tindakan maka selanjutnya perlu dilakukan masing–masing
hipotesis tindakan itu dari segi jarak yang terdapat antara situasi riil dengan
situasi ideal yang dijadikan rujukan. Sebab jika terdapat jarak yang terlalu
sulit untuk mengupayakan perwujudannya, maka tindakan yang dilakukan tidak akan
membuahkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, kondisi dan situasi yang dipersyaratkan
untuk penyelenggaraan sesuatu tindakan perbaikan dalam rangka PTK, harus
ditetapkan sedemikian sehingga masih ada dalam batas–batas baik kemampuan guru
senada dukungan fasilitas yang tersedia di sekolah maupun kemampuan rata–rata
siswa untuk mencernakannya. Dengan kata lain, sebagai aktor PTK guru hendaknya
cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah dimana ia
berada dan melaksanakan tugasnya.
Hipotesis tindakan harus dapat diuji
secara empiris. Ini berarti bahwa baik proses implementasi tindakan yang
dilakukan maupun dampak yang diakibatkannya dapat teramati oleh guru yang
merupakan aktor PTK maupun mitra kerjanya. Sebagian dari gejala–gejala yang
dapat diamati itu dapat diberikan secara kualitatif. Namun yang paling penting
gejala – gejala tersebut harus dapat divertifikasi oleh pengamat lain, apabila
diperlukan.
Pada gilirannya, untuk melakukan tindakan
agar menghasilkan dampak/hasil sebagaimana diharapkan diperlukan kajian
mengenai kelaikan hipotesis tindakan terlebih dahulu. Menurut Soedarsono (1997)
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelaikan hipotesis tindakan
adalah sebagai berikut:
1. Implementasi suatu PTK akan berhasil, hanya apabila
didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya. Di pihak
lain, sebagaimana telah dikemukakan untuk pelaksanaan PTK kadang – kadang
memang masih diperlukan peningkatan kemampuan guru melalui berbagai bentuk
pelatihan sebagai komponen penunjang. Selanjutnya selain persyaratan kemampuan,
keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang
merasa tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain PTK
dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau didorong oleh keinginan
untuk memperoleh imbalan finansial.
2. Kemampuan siswa juga perlu diperhitungkan baik dari segi
fisik, psikologis, dan sosial budaya maupun etik. Dengan kata lain PTK
seyogyanya tidak dilaksanakan apabila diduga akan berdampak merugikan siswa.
3. Fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas
atau sekolah juga perlu diperhitungkan sebab pelaksanaan PTK dengan mudah dapat
tersabotase oleh kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan. Oleh karena itu
demi keberhasilan PTK maka guru dan mitranya dituntut untuk dapat mengusahakan
fasilitas dan sarana yang ditentukan.
4. Selain kemampuan siswa sebagai perorangan, keberhasilan
PTK juga sangat tergantung pada iklim belajar di kelas atau sekolah. Namun
pertimbangan ini tentu tidak dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk
mempertahankan status kuno. Dengan kata lain perbaikan iklim belajar di kelas
dan di sekolah memsng justru dapat dijadikan sebagai salah satu sasaran PTK.
5. Karena sekolah juga merupakan sebuah organisasai, maka
selain iklim belajar sebagaimana dikemukakan pada butir 4) Iklim kerja sekolah
juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK. Dengan kata lain dukungan
dari kepala sekolah serta rekan sejawat guru dapat memperbesar peluang
keberhasilan PTK. Selain itu semua tim PTK juga perlu membahas secara mendalam
tentang kemungkinan konsekuensi alas an dilakukannya tindakan yang harus
diantisipasi. Demikian pula kemungkinan timbulnya masalah baru dengan adanya
tindakan di kelas. Atas dasar berbagai pertimbangan di atas maka peneliti dapat
secara lebih cermat menyusun rencana yang akan dilakukan.
c. Perencanaan
Tindakan
Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti perlu
melaksanakan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang di-rencanakan
dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah per-siapan yang perlu ditempuh
adalah:
1.
Membuat
skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru, di
samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implemen-tasi
perbaikan yang telah direncanakan.
2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlukan di kelas, seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga.
3. Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai
proses dan hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk
pelatihan-pelatihan.
4. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk
menguji keterlaksanaan rancangan, sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal
keper-cayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai pelaku PTK, guru
harus terbebas dari rasa gagal dan takut berbuat kesalahan.
Pelaksanaan tindakan, Observasi dan
Interpretasi
Atas dasar uraian di atas, adalah sangat beralasan untuk
beranggapan bahwa PTK dilakukan oleh seorang guru atas prakarsa nya sendiri,
mesikupun juga terbuka untuk dilakukan secara kola-boratif. Ini berarti bahwa
peran guru dalam melaksanakan PTK adalah sangat penting dan tidak dapat
digantikan oleh orang lain begitu saja. Oleh karena itu, implementasi tindakan,
proses obser-vasi-interpretasi dan hasil implementasi tindakan tersebut terjadi
karena keduanya merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam tindakan
alamiah pembelajaran.
a.
Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan
tindakan pokok dalam siklus PTKs, dan pada saat yang bersama-an kegiatan pelaksanaan
tindakan ini juga diikuti dengan ke-giatan observasi dan interpretasi, serta
diikuti dengan kegiat-an refleksi.
b.
Observasi dan Interpretasi
Secara umum, observasi adalah upaya merekam segala
perstiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung,
dengan menggunakan atau tanpa alat bantu. Perlu dicatat adalah kadar
interpretasi yang terlibat dalam rekaman observasi secara seksama.
Mekanisme perekaman hasil observasi perlu dirancang agar
tidak mencampuradukkan antara fakta dan interpretasi, namun juga tidak terseret
oleh kaidah umum yang tanpa kecuali menafsirkan interpretasi dalam pelaksanaan
observasi. Apabila yang terakhir ini dilakukan, sehingga yang direkam hanyalah
fakta tanpa interpretasi, maka akan dapat menimbul-kan resiko, bahwa makna dari
perangkat fakta yang telah di-amati itu tidak lagi dapat dibangkitkan kembali
secara utuh karena proses erosi yang terjadi dalam ingatan, lebih-lebih apabila
pengamat adalah juga aktor tindakan. Dalam hubungan ini, agaknya prosedur perekaman
hasil observasi yang telah banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, dapat
dimanfaatkan
RESUME PTK
VALIDASI DATA DALAM PTK
A. Pengertian Validasi
Validasi adalah suatu tindakan yang
membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik.
Validasi dilakukan bila ada perubahan yang mempengarui produk secara langsung
(major modification), produk baru atau produk lama dengan metode baru, exiting
dan legacy product.
Validasi hipotesis adalah diterima atau
ditolaknya suatu hipotesis.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
B. Wacana Verifikasi dalam Penelitian Tindakan Kelas
Dengan semakin meningkatnya laporan
penelitian tindakan,yang dalam kajian kita adalah Penelitian Tindakan
Kelas,dalam literatur kajian penelitian semakin meningkat juga kepedulian
mengenai validitasnya.Konsep validitas dalam aplikasinya untuk penelitian
tindakan mengacu kepada kredibilitas dan derajat keterpecayaan dari hasil
penelitian.Salah satu langkah dalam prosedur untuk mendapatkan derajat
kepercayaan ialah melalui validasi, yang dalam penelitian kualitatif disukai
dengan istilah verifikasi. Konsep
validitas dalam aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu pada kredibilitas
dan derajat kepercayaan dari hasil penelitian. Menurut Borg dan Gall
(2003) terdapa lima
tahap criteria validitas, yaitu:
·
Validitas hasil
Yaitu
sejauh mana tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah dan mendorong
dilakukannya penelitian tindakan. Perhatian tidak hanya tertuju pada
penyelesaian masalah semata, melainkan juga kepada bagaimana
menyusun kerangka pemikiran dalam menyajikan masalah baru dan pertanyaan baru,
Jadi kriteria ini mencakup sifat mengulang pada siklus-siklus penelitian
tindakan, dan pada dua tahap penting pada bagian akhir yaitu refleksi dan menentukan
tindakan lanjutan atau tindakan modifikasi dalam siklus baru.
Validitas
Hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas membawa hasil yang sukses di
dalam konteks PTK. Hasil yang paling efektif tidak
hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam
suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Ketika
dilakukan refleksi pada akhir tindakan pemberian tugas yang menekankan kegiatan
menggunakan bahasa Inggris lewat tugas ‘information gap’, ditemukan bahwa hanya
sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah,
cemas, dan malu berbicara. Maka timbul pertanyaan baru, ‘Apa yang mesti
dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak
malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam kegiatan
pembelajaran?’ Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan baru timbul pada akhir
suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu
seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan
tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. (Mohon
dicermati uraian masing-masing tahap dan kesinambungan masalah yang timbul).
Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian,
yang merupakan kriteria berikutnya.
·
Validitas proses
Yaitu memeriksa kelaikan proses yang dikembangkan dalam berbagai fase penelitian; bagaimana permasalahan
disusun dan bagaimana penyelesaiannya Triangulasi data/sumber dan metode tepat
untuk validitas ini.
Validitas
Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang dapat dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut:
Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksanaan PTK ? Misalnya,
apakah dan kolaborator mampu terus
belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, dan kolaborator secara terus
menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat
melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau
perilaku dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui sumber data yang
berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?
Perlu
dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan
kualitas proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk melakukan
pengamatan dan membuat catatan lapangan. Dalam kasus penelitian tindakan kelas
bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, misalnya, kualitas proses akan sangat
ditentukan oleh wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti
tentang (1) hakikat kompetensi komunikatif, (2) pembelajaran bahasa yang
komunikatif yang mencakup pendekatan komunikatif bersama metodologi dan
teknik-tekniknya, dan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar,
variasi kognitif, kepribadian, motivasi, tingkat perkembangan/pemelajaran) dan
pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa asing. Jika wawasan, pengetahuan dan
pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat dengan lebih mudah menentukan
perilaku-perilaku mana yang menunjang tercapainya perubahan yang diinginkan
dengan indikator yang tepat, dan juga perilaku-perilaku mana yang
menghambatnya.
Namun
demikian, hal ini masih harus didukung dengan kemampuan untuk mengumpulkan
data, misalnya melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan dan harian.
Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk dapat bertindak seobjektif mungkin
dalam memotret apa yang terjadi. Artinya, selama mengamati perhatiannya
terfokus pada gejala yang dapat ditangkap lewat pancainderanya saja, yaitu apa
yang didengar, dilihat, diraba (jika ada), dikecap (jika ada), dan tercium,
yang terjadi pada semua peserta penelitian, dalam kasus di atas pada peneliti,
guru dan siswa. Dalam pengamatan tersebut harus dijaga agar jangan sampai
peneliti melakukan penilaian terhadap apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan
di depan, perlu dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan
penafsiran. Kemudian, diperlukan kompetensi lain untuk membuat catatan lapangan
dan harian tentang apa yang terjadi. Akan lebih baik jika para peneliti
merekamnya dengan kaset audio atau audio-visual sehingga catatan lapangan
dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan
dalam pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas
proses tindakan dan pengumpulan data tentang proses tersebut.
·
Validitas demokratis
Yaitu
sejauh mana penelitian tindakan berlangsung secara
kolaboratf dengan para mitra peneliti.
Validitas
Demokratik berkenaan dengan kadar
kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai suara. Dalam PTK, idealnya
guru lain/pakar sebagai kolaborator, dan murid-murid masing-masing diberi
kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya
selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup: Apakah semua
pemangku kepentingan (stakeholders) PTK (guru, kolaborator, administrator,
mahasiswa, orang tua) dapat menawarkan pandangannya? Apakah solusi masalah di
kelas memberikan manfaat kepada mereka? Apakah solusinya memiliki relevansi atau
keterterapan pada konteks kelas? Semua pemangku kepentingan di atas diberi
kesempatan dan/atau didorong lewat berbagai cara yang cocok dalam situasi
budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan
sikapnya terhadap persoalan pembelajaran kelas, yang fokusnya adalah pencarian solusi
untuk peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran kelas Anda. Misalnya,
dalam kasus penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi awal guru-guru yang
berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah,
dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan dan/atau didorong untuk
mengungkapkan pandangan dan pendapatnya tentang situasi dan kondisi
pembelajaran bahasa Inggris di sekolah terkait. Hal ini dilakukan untuk mencapai
suatu kesepatakan bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki dan
kekurangan tersebut perlu diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut
kesepakatan tentang latar belakang penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses
yang sama untuk mencapai kesepakatan tentang masalah-masalah apa yang ada,
yaitu identifikasi masalah, dan tentang masalah apa yang akan menjadi fokus
penelitian atau pembatasan masalah penelitian. Kemudian, proses yang sama
berlanjut untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis
tindakan yang akan menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga
dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua peserta penelitian untuk
mengungkapkan pandangan dan pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang
mendorong setiap peserta penelitian untuk mengungkapkan atau menyuarakan
pandangan, pendapat, dan gagasannya ini diciptakan sepanjang penelitian
berlangsung.
·
Validitas katalis
Yaitu sejauh mana peneltian berupaya mendorong
partisipan mereorientasikan, memfokuskan, dan memberi semangat untuk membuka
diri terhadap transformasi visi mereka dalam menghadapi kenyataan kondisi
praktek mengajar mereka sehari-hari.
Validitas
Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas kehidupan
kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan
pemahaman Anda dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang
diambil sebagai akibat dari perubahan ini.
Selain itu,
validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap
peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran
komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran penolong
serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya
peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang
dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri
secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas
katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.
·
Validitas dialog
Yaitu
merujuk pada dialog yang dilakukan dengan teman sejawat peneliti dalam menyusun dan mereview hasil penelitian beserta
penafsirannya.
Validitas Dialogik sejajar dengan proses review
sejawat yang umum dipakai dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau
kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam
jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dalam PTK
berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog
reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku PTK lainnya, yang
semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.
Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai
dipenuhi ketika penelitian masih berlangsung, yaitu secara beriringan dengan
pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah seorang peserta mengungkapkan
pandangan, pendapat, dan/atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk
menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif.
Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan
dapat dikurangi sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik,
seperti telah disebut di atas, proses yang sama dilakukan dengan sejawat
peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan, diijinkan untuk memeriksa
semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.
C. Prosedur Dan Pelaksanaan Validasi Dari Hopkins
Setelah anda mengikuti wacana
dan mempelajari berbagai criteria validasi, langkah berikutnya adalah mengkaji
suatu bentuk validasi yang anda lakukan terhadap hipotesis, konstruk, atau
kategori dalam penelitian- penelitian tindakan kelas anda dalam versi Hopkins
(1993) dan kawan- kawan untuk menguji
derajat kepercayaan atau derajat kebenaran penelitian anda. Ada beberapa bentuk
validasi yang dalam anda lakukan dalam penelitian tindakan kelas anda,
misalnya:
Dengan
melakukan member check, yakni mameriksa kembali keterangan –keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber, apakah
keterangan atau informasi atau penjelasan itu trtap sifatnya atau tidak berubah
sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu terperiksa kebenarannya.
Anda dapat juga melakukan validasi dengan triangulasi,yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau
analisis yang ditimbulkan dengan membandingkan dengan hasil orang lain,
misalnya mitra peneliti lain, yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama.
Menurut Elliot (1976), triangulasi dilakukan berdasarkan 3 sudut pandangan yakni
sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang yang melakukan
pengamatan atau observasi ( peneliti).
Setiap
sudut pandang mempunyai posisi epistemologis unik dalam segitiga ini mengenai
kaitannya dengan akses terhadap data yang bersangkutan waktu situasi
pembelajaran berlangsung. Guru berada diposisi terbaik untuk melakukan
introveksi diri terhadap kinerjanya sendiri dalam sasaran dan tujuan pelajaran.
Para siswa berada pada posisi terbaik untuk menjelaskan, bagaimana pengaruh
tindakan guru terhadap respon yang mereka berikan pada waktu pembelajaran
berlangsung. Sedangkan pengamat, berada pada posisi terbaik untuk mengumpulkan
data hasil observasi dari interaksi guru dengan siswa pada waktu pembelajaran
berlangsung. Dengan membandingkannya dengan ke2 sudut pandang lain dalam
segitiga itu, terbukalah kesempatan untuk menguji kebenaran nya, dan
kemungkinan- kemungkinan untuk mengubahnya dengan berdasarkan data lain yang
baru dan lebih lengkap dan diperlukan.
Cara
lain untuk melakukan validasi adalah dengan saturasi
. saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh,atau tidak ada lagi
data lain yang berhasil dikumpulkan. Pemeriksaan atau test yang berulang kali
untuk memvalidasi baik hipotesis ataupun proverti dari kategori yang kasar
dengan dites berulang kali dengan data adalah upaya modifikasi,memperhalus,
atau dengan amplikasi dapat saja dilakukan. Atau bahkan melakukan usaha
falsifikasi (menurut Popper,1970) telah dicoba, yaitu dengan mencoba
mengeliminasi kesalahan atau error pada waktu merumuskan hipotesis kerja,
konstruk, atau menyusun kategori, namun demikian pada waktu diuji dalam
observasi yang diulang- ulang tidak menghasilkan penolakan, sanggahan, atau
amplikasi, maka dalam hal demikian saturasi telah terjadi, dan validasi terhadap
hipotesis, konstruk, dan susunan kategori sudah dilakukan.
Teknik lain untuk validasi, adalah
dengan cara menggunakan pembandingan atau dengan ekplanasi saingan atau kasus
negative.anda tidaklah melakukan upaya untuk menyanggah atau membuktikan
kesalahan penelitian saingan,melainkan mencari data yang akan mendukungnya. Apabila Anda tidak berhasil menemukannya,
maka hal ini mendukung kepercayaan terhadap hipotesis, konstruk,atau kategori
dalam penelitian anda sendiri pada awalnya.
Selanjutnya
Anda dapat juga menggunakan audit trail
untuk memvalidasi. Dengan melakukan audit
trail yang biasa dilakukan untuk mengaudit keuangan, maka dapat diperiksa
kesalahan- kesalahan didalam metode atau prosedur yang dipakai peneliti, dan
didalam pengambilan kesimpulan. Audit trail juga memeriksa catatan- catatan
yang ditulis oleh peneliti atau pengamat mitra penelitian lainnya. Hal ini
berguna, apabila peneliti akan meretrieve
informasi atau data yang ada, atau mempersiapkan laporan. Audit trail dapat
dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas yang sama seperti anda
sendiri.
Pada
tahap akhir validasi, anda dapat melakukannya dengan meminta nasihat kepada
pakar, yang disebut expert opinion yang
dalam hal ini mungkin pembimbing penelitian anda. Pakar atau pembimbing anda
akan memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian anda, dan memberikan arahan
atau judgements terhadap masalah-
masalah penelitian yang anda kemukakan. Perbaikan, modivikasi, atau penghalusan
berdasarkan arahan atau opini pakar atau pembimbing, akan selanjutnya
memvalidasi hipotesis, konstruk, atau kategori dan pada tahap selanjutnya
analisis yang Anda lakukan,dan dengan demikian akan meningkatkan derajat
keterpecayaan penelitian Anda.
Cara
lain untuk memvalidasi penelitian Anda,adalah dengan melakukan key respondens review,(Hopkins,1993)
yakni meminta salah seorang atau beberapa mitra peniliti Anda atau orang yang
banyak mengetahui tantang penelitian Tindakan Kelas,untuk membaca draft awal
laporan penelitian Anda dan meminta pendapatnya.
Berbagai
cara validasi ini melakukan agar dalam memunculkan secara grouded
hipotesis,konstruk,kategori,bahkan kemungkinan teori mendapat derajat
keterpecayaan yang tinggi,dan kita merasa percaya diriakan kehandalannya.
D.
Peryaratan Pelaksanaan Validasi
1. Persyaratan yang harus dilakukan dalam
melaksanakan validasi adalah:
validasi harus sudah tersedia dan telah diapprov
validasi harus sudah tersedia dan telah diapprov
2.
Validation studies harus sesuai dengan protoko
3. Data validasi dari studies harus dikumpulkan,
dicatat dan disimpulka
4.
Validation report harus direview oleh tiap departemen
terkait dan diapprove oleh quality unit
5. Data validasi harus terdokumentasi dengan
baik
6. Jika terdapat perubahan pada proses yang
divalidasi harus dilaporkan
Pendekatan validasi yang dilakukan
menggunakan.
·
Prospective
validation, digunakan untuk produk baru, sebelum memenuhi spesifikasi yang
dipersyaratkan. Pada validasi ini produk yang dihasilkan tidak dijual ke
pasaran, validasi dilakukan sebanyak 3 batch
·
Concurrent
Validation, digunakan untuk produk yang sudah tervalidasi tetapi akan
ditentukan beberapa parameter yang baru validasi dilakukan sebanyak 3 batch
·
Retrospective Validation, digunakan untuk
established product dengan mengevaluasi proses berdasarkan historical data-data
produksi, testing dan control validasi ini dilakukan sebelum Prospective
validation
·
Concurrent Validation, Validasi yang dilakukan
oleh technical service department meliputi kualifikasi alat, validasi proses,
cleaning validation, validasi komputer, dan packaging validation. Sedangkan
analytical method validation dilakukan oleh Quality Unit.
SUMBER
(http://riskan.wordpress.com/2011/02/16/validasi/
Rochiati Wiriatmadja. 2005. Metodologi
PTK. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
RESUME
TEKNIK ANALISIS DATA PTK
A. Teknik Analisis Data di dalam PTK
Proses analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara,pengamatan,yang sudah ditulis dalam catatan lapangan,dokumen pribadi,
dokumen resmi,gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah
dipelajarai, dibaca, maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data
yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha
membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada di dalamnya.
Langkah selanjutnya adalah
menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan ini kemudian dikategorisasikan
pada langkag berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding.
Tahap akhir dari analisis data adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
Setelah selasai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah
hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode
tertentu. Sehubungan dengan uraian tentang proses analisa dan penafsiran data
di atas, maka dapat dijelaskan pokok-pokok persoalan sebagai berikut
1. Konsep Dasar Analisis Data
Menurut
Patton,1980 (dalam Lexy J.Moleong 2002:103) menjelaskan bahwa analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori,dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor (1975:79)
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal
untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji,
pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data
sedangkan yang kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan
demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi : analisis data
prosesmengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data
2. Pemrosesan Satuan
Uraian
tentang pemrosesan satuan ini terdiri dari tipelogi satuan dan penyusunan
satuan
Tipelogi satuan
Satuan atau
unit adalah satuan suatu latar sosial. Pada dasarnya satuan ini merupakan alat
untuk menghaluskan pencatatan data. Menurut Lofland (1984,dalam Lexy 2002:190),
satuan kehidupan sosial merupakan kebulatan dimana seseorang mengajukan
pertanyaan.Lincilin dan Guba (1985:344) menakan satuan ini sebagai satuan informasi yang berfungsi untuk
menentukan atau mendefinisikan kategori.
Lincoln dan
Guba (1985:345) mengatakan bahwa langkah pertama dalam pemerosotan satuan
adalah analisis hendaknya membaca dan mempelajari secara teliti seluruh jenis
data yang sudah terkumpul. Setelah itu,usahakan agar satuan-satuan itu
diidentifikasi. Peneliti memasukkan ke dalam kartu indeks hendaknya dapat
dipahami oleh orang lain. Pada tahap ini analisis hendaknya jangan dulu
membuang satuan yang ada walaupun mungkin dianggap tidak relevan.
Kategorisasi
Kategorisasi
berarti penyusunan kategori. Kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan
dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran,intuisi,pendapat,
atau kriteria tertentu. Selanjutnya Lincoln dan Guba menguraikan kategorisasi
adalah (1) mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat ke dalam bagian-bagian
isi yang secara jelas berkaitan,(2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan
kategori dan yang akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap
kartu pada kategori dan juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data,dan
(3) menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan yang lain
mengikuti prinsip taat asas.
Metode yang
digunakan dalam kategorisasi didasarkan atas metode analisiskomparatif yang
langkah-langkahnya dijabarkan atas sepuluh langkah, yang mana langkah terakhir
adalah analisis harus menelah sekali lagi seluruh kategori agar jangan sampai
ada yang terlupakan. Setelah selesai dianalisis, sebelum menafsirkan penulis
wajib mengadakan pemeriksaan keabsahan datanya, pemeriksaan itu dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data.
3. Keabsahan Data
Untuk
menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul, perlu
dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan pada
kriteria derajat kepercayaan dengan teknik triangulasi,ketekunan,
pengamatan,dan pengecekan teman sejawat.
4. Identifikasi masalah pembelajaran
Identifikasi
masalah pembelajaran diawali dengan merasakan adanya masalah yang dihadapi oleh
guru dan peserta didik. Masalah yang dihadapi hendaknya berangkat dari
permasalahan nyata yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
5. Analisa dan perumusan masalah pembelajaran
Setelah
guru memperoleh sejumlah permasalahan melalui proses identifikasi, dilanjutkan
analisis terhadap permasalahan. Analisis terhadap masalah pembelajaran
dimaksudkan untuk menentukan urgensi dan prioritas permasahan yang harus
dipecahkan dan dicarikan jalan keluarnya.
6. Perencanaan tindakan dan perumusan
Hipotesis
Sebelum
dibuat perencanaan tindakan terlebih dahulu dilakukan curah gagasan mengenai
tindakan apa saja yang dapat membantu guru memecahkan masalah yang dihadapi.
Melalui gagasan pendapat ini akan dihasilkan banyak alternatif tindakan yang
dapat dipilih.
7. Pelaksanaan tindakan,observasi, dan asamen
Pelaksanaan
tindakan adalah pelaksanaan skenario pembelajaran yang sudah dibuat pada tahap
persiapan dalam setting kelas yang sebenarnya. Kegiatan pelaksanaan tindakan
dan tindakan perbaikan merupakanlangkah pokok dalam siklus PTK.
Data merupakan segala bentuk
informasi yang kita dapatkan saat observasi yang terkait dengan kondisi awal,
proses, keterlaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Teknik analisis data adalah
kegiatanmencermati, menguraikan,dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait dengan
kondisi awal,proses belajar,dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan
tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran.
1. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Pada
data-data kuantitatif seperti nilai hasil belajar,skor
angket,persentase,distribusi frekuensi yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
: (1) Analisis secara deskriptif,analisis ini dilakukan dengan cara seperti
menghitung jumlah,rata-rata,nilai persentase,dan membuat grafik,(2) Analisis
secara statistik,analisis ini dilakukan dengan cara seperti menghitung nilai
beda terkecil dan nilai korelasi antar variabel
2. Teknik analisis Data Kualitatif
Pada data
kualitatif dapat dilakukan analisis :
1. Analisis Interaktif
Analisis
ini dilakukan dengan : (1) memilih atau mereduksi data terhadap hasil temuan
data yang relevan dengan penelitian diambil sementara data yang tidak relevan
dibuang,(2) mendeskripsikan semua data yang relevan hasil temuan,dan (3)
menarik kesimpulan berdasarkan deskripsi hasil temuan,serta (4) melakukan
verifikasi
2. Analisis dengan mencari pola
Analisis
ini dilakukan dengan cara mencarai pola berdasarkan hasil refleksi dari guru,
kemudian digabung dengan data-data yang diperoleh pengamat pada saat observasi.
Dalam PTK,
perhatian lebih pada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi bahwa
metodologi yang dipakai lebih dapat diterpkan terhadap pemahaman situasi
problematik dari pada atas dasar prediksi di dalam parameter.
Analisis
data dalam penelitian dalam Kualitatif menggunakan statistik. Ada 2 macam
statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian yaitu statistik
deskriftif dan statistik inferensial
Statistik
deskriptif adalah ststistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagai mana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Penelitian yang
dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya), jelas akan menggunakan
ststistik deskriptif dalam menganalisisnya. Termasuk dalam ststistik deskriptif
antara lain pengujian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran,pictogram.
Perhitungan modus, median, mean , desil, persentil, perhitungn penyebaran data
dan perhitungan persentase.
Statistik
inferensial (sering juga disebut statistik induktif/ ststistik probabilita)
adalah teknik ststistik yng digunakan untuk menganilisa data sampel dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan oleh
sampel diambil dari populasi secara random.
Langkah –langkah analisis data
:
1. Persiapan
Kegiatan
dalam langkah persiapan ini antara lain : (1) mengecek nama dan kelengkapan
identitas pengisi,(2) mengcek kelengkapan data,artinya memeriksa isi instrumen
pengumpulan data (termasuk kelengkapan instrumen), dan (3) mengecek macam isian
data
2. Tabulasi
Yang
termasuk ke dalam kegiatan ini adalah : (1) memberikan skor terhadap item-item
yang perlu diberi skor,misalnya tes angket,bentuk pilihan ganda,rating scala
dan sebagainya, (2) memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor,
(3) mengubah jenis data,disesuaikan atau dimodifikasi dengan teknik analisis
yang akan digunakan, dan (4) memberikan kode hubungan dengan pengelolaan data
jika akan menggunkan komputer.
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan
penelitian
Maksudnya
pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau
aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penalitian atau desain yang
diambil.
Yang
dimaksud dengan data yang diterapkan dalam perhitungan adalah data yang
disesuaikan dengan jenis data, yakni diskrit, ordinal,interval, atau ratio.
Pemilihan terhadap rumusan yang digunakan kadang-kadang disesuaikan dengan
jenis data, tetapi adakalanya peneliti mementukan pendekatan/rumus, kemudian
data yang ada diubah disesuaiakn dengan rumusan yang dipilih.
Tahap-tahap Analisi Data :
1. Validasi Hipotesis dengan menggunakan
teknik yang sesuai (saturasi,triangulasi,atau jika memang perlu uji statistik)
2. Interpretasi dengan acuan teori,
menumbuhkan praktik, atau pendapat guru
3. Tindakan untuk perbaiakn lebih lanjut yang
juga dimonitor dengan teknik penelitian kelas
RESUME VALIDITAS
A.Pengertian Validitas
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai sifat benar, menurut bukti yang
ada, logika berfikir, atau kekuatan hokum. Menurut Diknas bahwa validitas
adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Sedangkan
menurut Wiki pedia Indonesia diterjemahkan , kesahihan, kebenaran yang
diperkuat oleh bukti atau data. Validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya.
Sisi lain dari pengertian
validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak
hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan
gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan demikian kata valid sering
diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga kata valid dapat
diartikan ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan. Menurut Anas Sujiono
apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur maka tes
dikatakan valid adalah apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar,
secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur,
dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas apabila tes
tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap
atau mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu
skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes
yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Dalam kaitannya dengan tes dan
penilaian , Retno mengemukakan tiga pokok pengertian yang bisa digunakan
sebagai berikut :
1. Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu
alat tes atau alat evaluasi, dan tidak menyangkut alat itu sendiri. Tes
intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes kecerdasan hasilnya valid , tapi
kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar tidak valid.
2. Validitas adalah persoalan yang menyangkut
tingkat (derajat), sehingga istilah yang digunakan adalah derajat validitas
suatu tes maka suatu tes ada yangh disebut validitasnya tinggi, sedang dan
rendah.
3. Validitas selalu dibatasi pada
pengkususannya dalam penggunaan dan tidak pernah dalam arti kualitas yang umum.
Suatu tes berhitung mungkin tinggi validitasnya untuk mengukur keterampilan
menjumlah angka, tetapi rendah validitasnya untuk mengukur berfikir matematis
dan sedang validitasnya untuk meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran
matematik yang akan datang.
B. Macam-macam Validitas
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas
yaitu validitas logis dan validitas empiris. Sementara Retno validitas itu
terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas tampang (face validity), validitas
logis (logical validity), validitas vaktor (factorikal validity), Validitas isi
(conten validity), dan validitas empiris (empirical validity). Sedangkan
menurut Anas ternik pengujian validitas hasil belajar secara garis besar dapat
dibagi dua, yaitu pengujian validitas tes secara rasional dan pengujian
validitas tes secara empirik.
Ada 4 (empat) macam validitas yang berasal dari dasar
pembagian jenis di atas yaitu :
a. Validitas Logis
1. Validitas Isi (content validity)
Validitas isi dari tes hasil belajar adalah validitas
yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau- pengujian
terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut.
Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi tes
itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu : sejauh mana tes hasil
belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat
mewakili secara representatif terhadap eseluruhan materi atau bahan pelajaran
yang seharusnya diteskan.
Tipe Validitas ini merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional (professional judgment),
"sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek
yang hendak diukur" atau "sejauhmana isi tes mencerminkan ciri
atribut yang hendak diukur".
Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan" isi tidak saja
menunjukkan bahwa tes tersebut harus memuat isi yang komprehensif dan relevan
pada batasan tujuan ukur. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan
statistik apapun melainkan hanya analisis rasional maka tidaklah diharapkan
setiap orang akan sama sependapat mengenai sejauhmana validitas isi suatu tes
telah tercapai.
Validitas isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas
muka) dan logical validity (validitas logik).
1. Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya
karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance)
tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu
mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka
telah terpenuhi.
2. Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling (sampling
validity). Validitas ini menunjuk pada sejauhmana isi tes merupakan
representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh
validitas logik yang tinggi suatu tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga
hanya berisi item yang relevan dan perlu menjadi bagian tes secara keseluruhan.
Suatu objek ukur yang hendak diungkap haruslah dibatasi kawasan perilaku secara
seksama dan konkret. Batasan perilaku yang kurang jelas menyebabkan item-item
yang tidak relevan terikut dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur
yang seharusnya dimasukan.
2. Validitas Konstruksi (construct validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apa
bila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek
berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus. Dengan kata
lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dangan
aspek berpikir yang menjadi tujuan Instruksional. Contoh, jika rumusan Tujuan-
Instruksionl khusus (TIK) : “Siswa dapat membandingkan antara efek biologis dan
efek psikologis”, maka butis soal pada tes merupakan perintah agar siswa
membedakan antara dua efek tersebut.
Konstruksi” dalam pengertian ini bukanlah
“susunan”seperti yang di jumpai dalm teknik, tetapi merupakn rekaan psikologis
yaitu suatu rekaan yang dibuat oleh para ilmu jiwa dengan suatu cara tertentu
“memerinci” isi jiwa atas beberapa aspek seperti : ingtan (pengetahuan ),
pemahaman, aplikasi, dan seterusnya.
Validitas Konstruksi merupakan tipe validitas yang menunjukkan
sejauhmana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoretik yang hendak
diukur. Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut
sejalan dengan perkembangan kon¬sep mengenai trait yang diukur. Walaupun
pengujian validitas konstrak biasanya memerlukan teknik analisis statistika
yang lebih kompleks, namun hasil estimasi validitas konstruk tidak dinyatakan
dalam bentuk koefisien validitas.
b. Validitas Empiris
1. Valditas” ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas
empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai
dengan pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga
data pengalaman tersebut sekarang udah ada. misalnya seorang guru
inginmengetahui apkah tes sumatif yang di susun sudah valid atau belum. Untuk
itu diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dia memiliki
misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
Validitas konkuren adalah apabila skor tes dan skor kriterianya dapat
diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor. Misalnya
dalam penyusunan suatu skala inteligensi. Maka dapat menguji validitas skala
inteligensi yang sedang disusun dengan cara menghitung korelasi antara skor
skala tersebut dengan skor pada tes inteligensi lain yang telah valid, misalnya
Skala Wechsler. Disamping itu, estimasi validitas skala inteligensi tersebut
dapat pula diperoleh lewat perhitungan koefisien korelasinya dengan skor pada
variabel lain yang relevan, yaitu yang dapat dianggap sebagai indikator tingkat
inteligensi.
Suatu contoh dimana validitas konkuren layak diuji adalah apabila kita
menyusun suatu skala kecemasan yang baru. Untuk menguji validitas skala
tersebut kita dapat mengunakan skala kecemasan lain yang telah lebih dahulu
teruji validitasnya, yaitu dengan alat ukur TMAS (Tylor Manifest Anxiety
Scale).
Validitas konkuren merupakan indikasi validitas yang memadai apabila alat
ukur tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan validitas yang
sangat penting dalam situasi diagnostik. Bila alat ukur dimaksudkan sebagai
prediktor maka validitas konkuren tidak cukup memuaskan dan validitas prediktif
merupakan keharusan.
2. Validitas prediksi (predictive validity)
Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang akan
datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas
prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi
pada masa yang akan dating.
Validitas prediktif sangat penting artinya bila tes dimaksudkan untuk berfungsi
sebagai prediktor bagi performansi di waktu yang akan datang. Contoh situasi
yang menghendaki adanya prediksi performansi ini antara lain dalam seleksi
mahasiswa baru dan contohnya adalah sewaktu kita melakukan pengujian validitas
alat ukur kemampuan yang digunakan dalam penempatan karyawan. Kriteria yang
terbaik antara lain adalah kinerjanya setelah ia betul-betul ditempatkan
sebagai karyawan dan melaksanakan tugasnya selama beberapa waktu. Skor kinerja
karyawan tersebut dapat diperoleh dari berbagai cara, misalnya menggunakan
indeks produktivitas atau rating yang dilakukan oleh atasannya.
Tes yang digunakan untuk seleksi masuk perguruan tinggi, untuk menguji
validitas prediktif tes seleksi tersebut diperlukan kriteria performansi yang
akan datang, yang dalam hal ini adalah indeks prestasi (IP) setelah calon
mahasiswa diterima menjadi mahasiswa dan menempuh pelajaran beberapa semester
atau beberapa tahun kemudian. Tes seleksi masuk perguruan tinggi tersebut
memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut bila dikorelasikan dengan
IP memiliki koefisien korelasi yang tinggi.
Koefisien korelasi antara skor tes dan skor kriteria merupakan indikator
mengenai saling hubungan antara skor tes dengan skor kriteria sebagai koefisien
validitas prediktif. Apabila koefisien ini diperoleh dari sekelompok individu
yang merupakan sampel yang representatif, maka alat ukur yang telah teruji
validitasnya akan mempunyai fungsi prediksi yang sangat berguna dalam prosedur
alat ukur di masa datang.
C. Cara mengetahui validitas alat ukur
Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/
ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan yang ingin diukur
(Agung, 1990). Validitas pada umumnya dipermasalahkan
berkaitan dengan hasil pengukuran psikologis atau non
fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis, hasil pengukuran yang
diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan atau
memberikan skor/ nilai suatu karakteristik lain yang
menjadi perhatian utama.
Konsep Pengukuran Validitas
Pengukuran validitas sebenarnya dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar (dalam arti kuantitatif) suatu aspek psikologis
terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh skor pada instrumen
pengukur yang bersangkutan.
Dalam hal
pengukuran ilmu sosial, validitas yang ideal tidaklah mudah untuk dapat
dicapai. Pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial mengandung lebih banyak
sumber kesalahan (error) daripada pengukuran aspek fisik. Kita tidak
pernah dapat yakin bahwa validitas instrinsik telah terpenuhi dikarenakan kita
tidak dapat membuktikannya secara empiris dengan langsung.
Pengertian validitas alat ukur tidaklah
berlaku umum untuk semua tujuan ukur. Suatu alat ukur menghasilkan ukuran yang
valid hanya bagi satu tujuan ukur tertentu saja. Tidak ada alat ukur yang dapat
menghasilkan ukuran yang valid bagi berbagai tujuan ukur. Oleh karena itu,
pernyataan seperti "alat ukur ini valid" belumlah lengkap apabila
tidak diikuti oleh keterangan yang menunjukkan kepada tujuannya, yaitu valid
untuk apa dan valid bagi siapa. Itulah yang ditekankan oleh Cronbach (dalam
Azwar 1986) bahwa dalam proses validasi sebenarnya kita tidak bertujuan untuk
melakukan validasi alat ukur akan tetapi melakukan validasi terhadap
interpretasi data yang diperoleh oleh prosedur tertentu.
Dengan demikian, walaupun kita terbiasa
melekatkan predikat valid bagi suatu alat ukur akan tetapi hendaklah selalu
kita pahami bahwa sebenarnya validitas menyangkut masalah hasil ukur bukan
masalah alat ukurnya sendiri. Sebutan validitas alat ukur hendaklah diartikan
sebagi validitas hasil pengukuran yang diperoleh oleh alat ukur tersebut.
Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga
kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan validitas
konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut
validitas untuk menguji apakah pertanyaanpertanyaan itu
telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk.
Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara
variabel/ item dengan skor total variabel. Cara mengukur
validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing
pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment, sebagai berikut :
Dimana r : koefisien korelasi product moment
X : skor tiap pertanyaan/ item
Y : skor total
N : jumlah responden
X : skor tiap pertanyaan/ item
Y : skor total
N : jumlah responden
Setelah semua korelasi
untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan
dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai
tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan.
Tenik yang digunakan untuk mengetahui kesesjaran adalah
teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu:
1. Korelasi produc moment dengan simpangan
Rumus
korelasi produc moment dengan simpangan
dalam
mana:
rxy
= koevisien korelasi antara variable X dan Y, dua variable yang dikorelasikan
(x=X-X dan y=Y-Y)
∑xy =
jumlah perkalian x dan y
x2
= kuadrat dari x
y2
= kuadrat dari y
2. Korelasi produc moment dengan angka kasar
dalam
mana:
rXY = koefisien korelasi antara variable X dan variable Y, dua
variabel yang dikorelasikan.
D. Pengujian validitas tes hasil belajar
Penganalisisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu
totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang
dilakukan dengan jalan berfikir secara rasional atau penganalisisan dengan
logika. Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri pada
kenyataan empiris, dimana penganalisisan dilaksanakan dengan menggunakan
empirical analisis.
1.
Pengujian validitas tes secara rasional
Validiras rasional (logika) adalah validitas yang yang
diperoleh dari hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berfikir secara
logis. Dengan demikian maka suatu tes hasl belajar dapat dikatakan telah
memilii valaidiras rasional, apabila telah dilakukan penganalisisan secara
rasional ternyata bahwa tes hasil belajar itu memang (secara rasional) dengan
tepat telah dapat mengukur apa yang harus diukur.
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah
memiliki validitas rasional atau belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua
segi, yaitu dari segi konstruksi dan dari segi isi.
2. Pengujian validitas tes secara empirik
Dimaksud dengan validitas empirik adalah ketepatan
mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Dengan kata
lain, validitas empirik adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh
atas dasar pengamatan dilapangan
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah
memilikia validitas empirik ataukah belum, dapat dilakukan penelusuaran dari
dua segi, yaitu dari segi daya ketepatan meramalnya dan daya ketepatan
bandingannya.
a. Validitas ramalan
Dalam istilah ramalan terkandung
pengertian mengenai sesuatu yang berhak terjadi dimasa mendatang”. Apabila
istilah ramalan dikaitkan dengan validitas tes, maka yang dimaksud dengan
validiras ramalan dari sudut tes adalah suatu kondisi yang menunjukan seberapa
jauhkah seuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukan kemampuannya untuk
meramalkan apa yang berhak terjadi pada masa mendatang.
Tes seleksi penerimaan calon mahasiswa baru pada seuah
perguruan tinggi misalnya, adalah suatu tes yang diharapkan mampu meramalkan
keberhasilan studi para calon mahasiswa- dalam mengikuti program pendidikan di
perguruan tinggi tersebut pada masa yang akan datang.
b. Validitas
bandingan
Tes sebagai alat ukur dapat dikatakan telah memiliki
validitas andingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan
secara tepat telah mampu menunjukan adanya huungan searah, anta rtes pertama
dengan tes berikutnya. Validitas bandingan juga sering dikenal dengan istilah
validitas sama saat, validitas pengalaman atau validitas pada sekarang.
Dikatakan sama saat, sebab validitas tes itu ditentukan attas dasar data hasil
tes yang pelaksanaanya dilakukam pada waktu yang sama. Dikatakan validitas
pengalaman sebab validitas tes tersebut ditentukan atas dasar pengalaman yang
telah diperoleh. Adapun dikatakan sebagai validitas ada sekarang, sebab setiapa
kali kita menyebut istilah pengalaman, maka istilah itu selalau kita kaitkan
dengan hal-hal yang telah ada atau hal-hal yang telah terjadi pada waktu yang
lalu, sehingga data mengenai pengalaman masa lalu itu pada saat ini sudah ada
ditangan.
E. Teknik pengujian validitas item tes hasil
belajar
1. Pengertian Validitas Item
Dimaksud dengan validitas item dari suatu tes adalah
ketepatan mengukur yang dimiiliki oleh sebutir item, dalam mengukur apa yang
seharusnya diukur lewat butir item tersebut.
Eratnya hubungan antara butir item dengan tes hasil
belajar sebagai suatu totalitas itu kiranya dapat dipahami dari kenyataan,
bahwa semakin anyak butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh testee,
maka skor-skor total-total hasil tes tersebut akan semakin tinggi.
Pernyataan tersebut merupakan petunjuk bahwa semaain
besar “dukungan” yang diberikan oleh butir-butir item terhadap tes hasil-
elajar, maka tes tersebut akan semakin dapat menunjukan “kemantapannya”.
2. Teknik Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar
Dari uraian
yang telah dikemukakan diatas, kiranya menjadi cukup jelas bahwa sebutir item
dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan
valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian
atau kesesajaran arah dengan skor totalnya ; atau dengan bahasa statistic: ada
korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya.
F. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Validitas
Menurut Retno ada beberapa hal
yang mempengaruhi validitas alat pengukur sebagai berikut :
1. Faktor di dalam tes itu sendiri
2. Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika :
Siswa mengalami gangguan emosional dalam menjawab tes, Siswa hanya cendrung
menerka-nerka dalam menjawab tes,
3. Faktor dalam mengadministrasi tes dan
pembijian.
SUMBER
Arikunto, Suharsimi. 2006, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Darsono, Max.. 2000. Belajar dan Pembelajaran,
Semarang: IKIP Semarang Press.
Fred N. Kerlinger. Asas-Asas Penelitian
Behavioral. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1993.
Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu-ilmu
Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif); Yogyakarta: UII Press, 2007
Imam Ghozali. Aplikasi analisis Multivariate
Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.
resumenya ciamik nona..
BalasHapusLihat juga Contoh Judul PTK di jasaptk.com