Konsep Dasar Hormon Pada Tumbuhan
Pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal
sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah “hormon” sendiri
menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan,
hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa
ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan)
dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan
penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka
lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth
regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon
tumbuhan (phytohormones) secara fisiologi adalah penyampai pesan antar sel
yang dibutuhkan untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan, diantaranya
perkecambahan, perakaran, pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan. Sebagai
tambahan, hormon tumbuhan dihasilkan sebagai respon terhadap berbagai faktor
lingkungan kelebihan nutrisi, kondisi kekeringan, cahaya, suhu dan stress baik
secara kimia maupun fisik. Oleh karena itu ketersediaan hormon sangat dipengaruhi
oleh musim dan lingkungan.
Terdapatnya atau peran Zat pengatur tumbuh di tumbuhan pertama kali
dikemukan oleh Charles Darwin dalam bukunya “The Power of movement in plants.”
Beliau melakukan percobaan dengan rumput Canari (Phalaris canariensis) dengan
memberinya sinar dari samping dan ternyata terjadi pembengkokan ke arah
datangnya sinar . Bagian yang tidak mendapat sinar terjadi pertumbuhan yang
lebih cepat daripada yang mendapat sinar sehingga terjadi pembengkokkan. Tetapi
jika ujung kecambah dari rumput Canari dipotong akan tidak terjadi
pembengkokan. Sehingga dianalisa bahwa jika ujung kecambah mendapat cahaya dari
samping akan menyebabkan terjadi pemindahan “pengaruh atau sesuatu zat” dari
atas ke bawah yang menyebabkan terjadinya pembengkokkan.
Boysen-jemsen
(1913) melakukan penelitian dengan koleoptil Avena (kecambah dari biji
rumput-rumputan) menyatakan “pemindahan pengaruh adalah pemindahan zat alami
yang dihasilkan dalam koleoptil Avena. Paal (1919) menguatkan pendapat dengan
menyatakan bahwa “ujung batang adalah merupakan pusat pertumbuhan.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu
peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis
yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat
pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti
penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan
yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk
(misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu
berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman
buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.
Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon, yaitu :
- Auksin
- Sitokinin
- Giberelin atau asam giberelat (GA)
- Etilena
- Asam absisat (ABA)
- Asam jasmonat
- Steroid (brasinosteroid)
- Salisilat
- Poliamina.
a. Auksin adalah
senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung
akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung
koleoptil kecambah gandum Avena sativa.
- membantu perkecambahan
2.
dominasi apikal
Auxin merupakan salah satu hormon
tanaman yang dapat meregulasi banyak proses fisiologi, seperti pertumbuhan,
pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein (Darnell, dkk., 1986).
Auxin diproduksi dalam
jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner,
dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman,
penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar,
melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar,
1988).
Salisbury dan Ross (1995)
menambahkan hormon yang pertama kali ditemukan adalah auksin.
Auksin endogen yaitu IAA (Indol Acetic Acid) ditemukan pada tahun 1930-an
bahkan saat itu hormon mula-mula dimurnikan dari air seni. Karena semakin banyak hormon ditemukan
maka efek serta konsentrasi endogennya dikaji. Hormon pada tanaman jelas
mempunyai ciri : setiap hormon mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, respon
itu bergantung pada species, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi
hormon, interaksi antar hormon, yang diketahui dan berbagai faktor lingkungan
yaitu cahaya, suhu, kelembaban, dan lainnya.
Istilah auksin pertama kali
digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa PascaSarjana di negeri Belanda pada
tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA (Salisbury
dan Ross 1995). Senyawa ini terdapat cukup banyak di ujung
koleoptil tanaman oat ke arah cahaya. Dua mekanisme sintesis IAA
yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai
triphtofan. Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan
menjadi IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah
yang sedang tumbuh. Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi
karena disintesis di daerah tersebut.
IAA terdapat di akar pada
konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya (Salisbury dan
Ross 1995). IAA dapat memacu pemanjangan akar pada
konsentrasi yang sangat rendah. IAA adalah auksin endogen atau
auksin yang terdapat dalam tanaman. IAA berperan dalam aspek pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang
penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan
mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium
dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat
menghambat perbesaran sel-sel akar.
Penelitian IAA oleh Gregorio
et al (1995) pada embrio, endosperma, dan integumen benih Sechium edule (labu
Siam) pada umur 23, 27, 33, dan 37 hari setelah anthesis adalah sebagai
berikut: 1) jumlah IAA pada embrio pada umur tersebut berturut-turut 1.67%,
2.08%, 3.40 % dan 3.29 %, 2) Jumlah IAA pada endosperma berturut-turut 20.45%,
25.72%, 30,40%, dan 52.22% dari total IAA, dan 3) Jumlah IAA pada integumen
adalah 8.44%, 9.32%, 8.76% dan 8.04%, dan 4) Jumlah IAA total ( IAA
terikat maupun IAA bebas).
Beberapa
proses bekerjanya auxin pada tumbuhan adalah sebagai berikut :
·
Auxin
turut serta dalam reaksi molekuler. Auxin bekerja sepertinya bekerjanya koenzim
dalam pertumbuhan tanaman
·
Auxin
mempengaruhi enzim. Auxin bekerja sebagai zat pelindung bagi enzim dari
inaktivasi. Auxin mempengaruhi DNA sehingga aktif dalam sintesis protein.
·
Auxin
mempengaruhi tekanan osmotic tumbuhan. Auxin akan menaikkan tekanan osmotic tumbuhan sehingga akan menaikkan.
Proses penyerapan air oleh tumbuhan.
·
Auxin
akan memperpanjang/mengembangkan ukuran sel. Penjelasan secara Secara sederhana
adalah bahwa auxin akan melunakkan dinding sel sehingga terjadi kenaikkan
penyerapan air oleh sel yang akan berakibat sel mengembang.
·
Auxin
menaikkan penyerapan H20.
Beberapa fungsi auxin pada
tumbuhan sebagai berikut :
·
Perkecambahan
biji.
Auxin akan mematahkan dormansi biji (biji
tidak mau berkecambah) dan akan merangsang proses perkecambahan biji.
Perendaman biji/benih dengan Auxin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil
panen.
·
Pembentukkan
akar.
Auxin akan memacu proses terbentuknya akar
serta pertumbuhan akar dengan lebih baik
·
Pembungaan
dan pembuahan.
Auxin akan merangsang dan mempertinggi
prosentase timbulnya bunga dan buah.
·
Mendorong
Partenokarpi.
Parthenokarpi adalah suatu kondisi dimana
tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan .
·
Mengurangi
gugurnya buah sebelum waktunya.
·
Mematahkan
dominansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar
tidak mau berkembang.
b. Giberelin adalah senyawa ini
dihasilkan oleh jamur Giberella fujikuroi atau Fusarium moniliformae, ditemukan oleh F. Kurusawa.
Fungsi giberelin :
- pemanjangan tumbuhan
- berperan dalam partenokarpi
Giberelin bekerja
pada gen dengan menyebabkan aktivasi gen-gen tertentu. Gen-gen yang diaktifkan
akan membentuk enzim-enzim baru yang menyebabkan terjadinya perubahan morphogenetik
(penampilan/kenampakan tanaman).
Giberelin sering disingkat dengan GA merupakan
diterpenoid yang menempatkannya dalam keluarga kimia yang sama dengan klorofil
dan karotein. Bagian dasar kimia GA adalah kerangka giban dan kelompok
karboksil bebas. Macam-macam bentuk GA dibedakan oleh penggantian
kelompok hidroksil, metil atau etil pada kerangka giban dan karena adanya
cincin laktona yang dihasilkan oleh kondensasi karbon 20 ke karbon 19 dalam
struktur giban (Gardner, dkk., 1991). Dijelaskan lebih lanjut bahwa
adanya cincin laktona seperti GA3, GA4 dan GA9 menyebabkan aktivitas biologis
yang lebih besar dari pada analog serupa yang tidak memiliki cincin laktona
seperti GA12 dan GA13.
Semua organ
tanaman mengandung berbagai GA, dengan sumber terkaya sekaligus sebagai tempat
biosintesisnya yaitu di dalam buah dan biji yang belum masak, tunas, daun dan
akar (Rismunandar, 1988). Biosintesis GA melibatkan 3 metabolit kimia,
yaitu asam mevalonat yang bertindak sebagai pelopor untuk pembentukan isoprena,
yaitu bagian dasar dalam karbon-19 dan karbon 20 kerangka giban, kaurena
terbentuk dari isoprena, GA terbentuk dari kaurena (Leopold dan
Kriedemann, 1975 dalam Gardner, dkk., 1991).
GA diisolasi pada
tahun 1926 oleh Karosawa dari jenis jamur Gibberella fujikuroi atau Fusarium heterosporum yang hidup sebagai parasit pada
tanaman padi. Jamur ini dapat menyebabkan penyakit bakanae (penyakit
kecambah tolol) pada padi, yaitu pertumbuhan batang berlebihan tetapi padi
tidak mau berbuah. Dari hasil pengamatan tersebut ternyata jamur
memproduksi suatu zat yang dapat meningkatkan pertumbuhan , akhirnya zat aktif
tersebut diberi nama giberilen atau disingkat GA (Wilkins, 1989).
Sejak tahun 1950
orang sudah menaruh harapan besar terhadap GA terutama untuk meningkatkan
produksi tanaman budidaya. GA sintetis yang biasanya tersedia secara
komersial adalah GA3, GA7 dan GA13 (Heddy, 1986).
Beberapa
fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :
·
Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan
tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat
proses pembelahan sel..
·
Meningkatkan pembungaan.
·
Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu
efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti
amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel
endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi
bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak
endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan
biji sehingga biji berkecambah
·
Berperan pada pemanjangan sel.
Peran
giberelin pada pemanjangan sel melalui :
Peningkatan
kadar auxin :giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding
sel terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan
(prekusor/pembentuk auksin) sehingga kadar auxin meningkat.Giberelin merangsang
pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang menghambat kerja dari
enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak Auxin.
Giberelin
merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini akanmenghidrolisis
pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan menyebabkan air lebih
banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang.
·
Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa
kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan,
proses ini dinamai partenokarpi. .
c. Sitokinin
Pertama kali ditemukan pada tembakau. Hormon ini
merangsang pembelahan sel.Sitokinin sering juga dengan kinin, merupakan nama
generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang pembelahan sel
(sitokinesis) (Gardner, dkk., 1991). Selanjutnya dijelaskan kinin disintesis dalam
akar muda, biji dan buah yang belum masak dan jaringan pemberi makan (misalnya
endosperm cair). Buah jagung, pisang, apel, air kelapa muda dan santan
kelapa yang belum tua merupakan sumber kinin yang kaya.
Kinin terbentuk dengan cara
fiksasi suatu rantai beratom C – 5, ke suatu molekul adenin. Rantai
beratom C – 5 dianggap berasal dari isoprena. Basa purin merupakan
penyusun kimia yang umum pada kinin alami maupun kinin sintetik (Millers,
1955 dalam Wilkins, 1989). Biosintesis sitokinin dengan bahan dasar mevalonic acid.
Sebenarnya sudah sejak tahun
1892 ahli fisologi I. Wiesner, menyatakan bahwa aktivitas pembelahan sel
membutuhkan zat yang spesifik dan adanya keseimbangan antara faktor-faktor endogenous. Secara pasti baru tahun 1955 sitokinin
ditemukan oleh C.O. Miller, Falke Skoog, M.H. Von Slastea dan F.M. Strong
dinyatakan sebagai isolasi zat yang disebut kinetin
dari DNA yang diautoklap, sangat aktif sebagai
promotor mitosis dan pembelahan sel
kalus (Moree, 1979). Selanjutnya dijelaskan bahwa kata sitokinin
berasal dari pengertian cytokinesis yang berarti pembelahan sel.
Sitokinin alami ditemukan oleh D.S. Lethan dan C.O. Miller tahun 1963 diisolasi
dalam bentuk kristal dari biji jagung yang belum matang disebut zeatin. Sitokini alami terjadi dari derivat
isopentenyl adenine.
Sitokinin sintetik yang paling
umum dimanfaatkan di bidang pertanian seperti BA, kinetin dan PBA. Kinin
menimbulkan kisaran respons yang luas, tetapi kinin bertindak secara sinergis
dengan auxin dan juga hormon lain.
Beberapa fungsi Sitokinin pada tumbuhan sebagai berikut :
·
Pembelahan
sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting dalam proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga
akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman.
·
Pematahan
Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk mematahkan dormansi (tidak mau
berkecambah) pada biji-bijian tanaman.
·
Pembentukkan
tunas-tunas baru,turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
·
Penundaan
penuaan atau kerusakan pada hasil panenan
sehingga lebih awet.
·
Menaikkan
tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
·
Sintesis
pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin
by. Fitriaji NH
by. Fitriaji NH
d. Gas
etilen
Banyak ditemukan
pada buah yang sudah tua.Ethylene merupakan senyawa
unik dan hanya dijumpai dalam bentuk gas. senyawa ini memaksa pematangan buah,
menyebabkan daun tanggal dan merangsang penuaan. Tanaman sering
meningkatkan produksi ethylene sebagai respon terhadap stress dan sebelum mati.
Konsentrasi Ethylene fluktuasi terhadap musim untuk mengatur kapan waktu
menumbuhkan daun dan kapan mematangkan buah.
e. Asam absiat
Asam
Abscisat (ABA) adalah penghambat pertumbuhan merupakan lawan
dari gibberellins: hormon ini memaksa dormansi, mencegah biji dari
perkecambahan dan menyebabkan rontoknya daun, bunga dan buah. Secara alami
tingginya konsentrasi asam abscisat ini dipicu oleh adanya stress oleh
lingkungan misalnya kekeringan.
Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan
secara kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B
–kompleks. Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan
absisi. Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama
yaitu asam absisat (ABA).
Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada
tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin
(Wattimena 1992).
Menurut Salisbury dan Ross
(1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman disebut
juga hormon tanaman. Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress
diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan
diantaranya yaitu ABA.
Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air, tanah bergaram, dan suhu
dingin atau panas. ABA
membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang
disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat
(Salisbury dan Ross 1995). Reaksi awal sintesis ABA sama dengan reaksi sintesis isoprenoid
seperti gibberelin sterol dan karotenoid. Menurut Crellman (1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi
secara tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon)
yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan
pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui xilem floem dan
juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.
f. Florigen
g. Kalin
Hormon pertumbuhan organ, terdiri dari :
1.
Rhizokalin
2.
Kaulokali
3.
Filokalin
4.
Antokalin
h. Asam traumalin atau kambium luka
Merangsang
pembelahan sel di daerah luka sebagai mekanisme untuk menutupi luka
Mekanisme Sederhana Pengaruh Hormon/ Zat Pengatur Tumbuh (Zpt) Hormonik Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Dan Generatif
Tanaman
secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan seperti Auksin,
giberelin dan Sitokin yang dalam tulisan ini diistilahkan dengan hormon
endogen. Kebanyakan hormon endogen di tanaman berada pada jaringan meristem
yaitu jaringan yang aktif tumbuh seperti ujung-ujung tunas/tajuk dan akar.
Tetapi karena pola budidaya yang intensif yang disertai pengelolaan tanah yang
kurang tepat maka kandungan hormon endogen tersebut menjadi rendah/kurang bagi
proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Akibatnya sering dijumpai
pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan bunga/ buah, ukuran umbi/buah kecil
yang merupakan sebagian tanda kekurangan hormon (selain kekurangan zat lainnya
seperti unsur hara). Oleh karena itu penambahan hormon dari luar (hormon
eksogen) seperti produk HORMONIK yang mengandung hormon Auksin , giberelin dan
Sitokinin ORGANIK (Non sintetik/kimia) mutlak diperlukan untuk menghasilkan
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman yang optimal,
Untuk
mengetahui bagaimana mekanisme kerja HORMONIK (Auksin, giberelin dan Sitokinin)
pada tanaman, berikut diuraikan secara global dan sederhana.
Pemberian Auksin eksogen (HORMONIK) akan meningkatkan permeabilitas dinding sel yang akan mempertinggi penyerapan unsur , diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk membentuk chlorofil yang sangat diperlukan untuk mempertinggi fotosintesis. Dengan fotosintesis yang semakin meningkat akan dihasilkan hasil fotosintesis yang meningkat dan bersama dengan auxin akan bergerak ke akar untuk memacu pembentukan giberelin dan Sitokinin di akar yang akan membantu pembentukan dan perkembangan akar . Penambahan kandungan Auksin eksogen di akar akan meningkatkan tekanan turgor akar sehingga giberelin dan Sitokinin endogen di akar akan diangkut ke atas/ bagian tajuk tanaman.
Pemberian Auksin eksogen (HORMONIK) akan meningkatkan permeabilitas dinding sel yang akan mempertinggi penyerapan unsur , diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk membentuk chlorofil yang sangat diperlukan untuk mempertinggi fotosintesis. Dengan fotosintesis yang semakin meningkat akan dihasilkan hasil fotosintesis yang meningkat dan bersama dengan auxin akan bergerak ke akar untuk memacu pembentukan giberelin dan Sitokinin di akar yang akan membantu pembentukan dan perkembangan akar . Penambahan kandungan Auksin eksogen di akar akan meningkatkan tekanan turgor akar sehingga giberelin dan Sitokinin endogen di akar akan diangkut ke atas/ bagian tajuk tanaman.
Dengan
penambahan Sitokinin dan giberelin eksogen maka terjadi peningkatan kandungan
Sitokinin dan giberelin ditanaman (tajuk) dan akan meningkatkan jumlah sel
(oleh hormon Sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon giberelin) yang
bersama-sama dengan hasil fotosintat yang meningkat di awal penanaman akan
mempercepat proses pertumbuhan vegetatif tanaman (termasuk pembentukan tunas-tunas
baru) selain juga mengatasi kekerdilan tanaman.
Seiring
dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat terus
dan ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan meningkatkan
perbandingan C/N yang menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke generatif
dengan terbentuknya kuncup bunga/buah atau umbi. Pada saat terbentuk bunga atau
buah, jika kandungan auksin rendah maka sel-sel antara tangkai bunga/buah
dengan ranting/cabang akan berubah menjadi jaringan mati yaitu jaringan gabus
sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan Auxin Eksogen akan
menghambat perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus sehingga
kerontokkan dapat dicegah/dikurangi.
Di fase generatif ini penambahan Hormon Sitokinin dan giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu sitokinin akan memperbanyak sel jaringan penyimpanan dan giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar (semangka, kentang, dll) atau bernas (padi, jagung dll).
Di fase generatif ini penambahan Hormon Sitokinin dan giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu sitokinin akan memperbanyak sel jaringan penyimpanan dan giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar (semangka, kentang, dll) atau bernas (padi, jagung dll).
Penambahan Hormon Auxin,
Sitokinin dan giberelin Eksogen akan berpengaruh
terhadap :
terhadap :
1. Akar : akan menaikkan kapasitas penyerapan
air dan unsur hara
2. Daun : mempertinggi laju fotosintesis
sehingga hasil fotosintesa lebih banyak
3. Ditambah dengan penambahan unsur – unsur
hara dari POC NASA dan atau POP SUPER NASA yang akan mencukupi kebutuhan
tanaman secara jumlah dan jenis unsur hara. Sehingga semua faktor di atas akan
membuat tanaman tercukupi kebutuhannya yang akan berpengaruh pada umur
produktif tanaman (umur dimana tanaman masih dapat berproduksi dengan cukup
baik) dapat diperpanjang baik untuk tanaman semusim atau tahunan.
Keterangan :
- Permeabilitas : Kemampuan dinding sel
untuk dilewati suatu senyawa
(biasanya bentuknya cairan )
(biasanya bentuknya cairan )
- C/N : Perbandingan antara Carbon dan
Nitrogen dimana semakin
besar perbandingan C/N maka tanaman akan terpacu menuju ke pertumbuhan generatif tanaman
besar perbandingan C/N maka tanaman akan terpacu menuju ke pertumbuhan generatif tanaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar