6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
(Sugiyono, 2009:61)
Nana Syaodih Sukmadinata (2008:250)
menyebutkan bahwa orang-orang, lembaga, organisasi, benda-benda yang menjadi
sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri
atas orang-orang biasa disebut subyek penelitian, tetapi kalau bukan orang
disebut obyek penelitian. Penelitian tentang suatu obyek mungkin diteliti
langsung terhadap obyeknya, tetapi mungkin juga hanya dinyatakan kepada orang
yang mengetahui atau bertanggung jawab terhadap obyek tersebut. Orang yang
diminta menjelaskan obyek yang diteliti disebut responden.
Sedangkan menurut Santoso dan Tjiptono
(2002:79) Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan
dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset
khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum
penelitian dilakukan.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi
juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
6.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada pada populasi, (misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu. Untuk sampel yang diambil
dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Bila sampel tidak
representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat
menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili). (Sugiyono, 2009:62)
Tidak semua anggota dari populasi target
diteliti. Penelitian hanya dilakukan terhadap sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi.
Kelompok kecil yang secara nyata kita teliti dan tarik kesimpulan dari padanya
disebut sampel. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008:250)
6.3 Penelitian Menggunakan Sampel
dan Populasi
Penelitian
yang bekerja dengan sampel, berarti hanya mengambil sebagian saja dari anggota
populasi untuk dijadikan sebagai sampel dan selanjutnya berdasarkan analisis
sampel dibuat generalisasi. faktor penting disini adalah generalisasi, artinya
seberapa jauh simpulan dari analisis sampel dapat digeneralisasikan. Kemampuan
generalisasi ini sangat tergantung
dari besarnya sampel. Sampel yang representative (mewakili) memiliki kemampuan
generalisasi.
Penelitian
yang bekerja dengan sensus, tidak perlu menghadapi persoalan generalisasi.
Peneliti terhindar dari sampling karena jumlah sampel yang diambil sama dengan
jumlah anggota populasi. Pada
penelitian sensus peneliti biasanya berhadapan dengan kendala biaya, waktu dan
tenaga.
6.4 Kriteria Sampel yang Baik
Suatu
pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1)
Dapat
menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti.
2)
Dapat
menentukan presisi dengan cara menentukan simpangan baku dari taksiran yang
diperoleh.
3)
Sederhana
hingga mudah dilaksanakan.
4)
Dapat
memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya.
Dalam
menentukan metode pengambilan sampel dalam penelitian, peneliti harus
benar-benar mempertimbangkan besarnya waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan
dalam penelitian dengan presisi yang diharapkan dari hasil penelitian. Apabila
jumlah biaya, tenaga, dan waktu telah dibatasi sejak semula, peneliti harus
berupaya mendapatkan metode pengambilan sampel yang dapat menghasilkan presisi
yang tertinggi.
6.5 Pertimbangan Penentuan Ukuran
Sampel
Empat hal
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu
penelitian:
1)
Derajat
keseragaman
Apabila
populasi seragam sempurna, maka satu elementer saja dari seluruh populasi sudah
cukup representatif untuk diteliti. Jika populasi adalah completely
heterogeneous, maka hanya pencacahan lengkaplah dapat memberikan gambaran
yang refresentatif.
2)
Presisi
yang dikehendaki dalam penelitian
Tingkat
ketepatan ditentukan oleh perbedaan perbedaan hasil sampel dengan hasil
pencacahan lengkap, dengan asumsi instrumen, teknik wawancara, kualitas
pewawancara yang digunakan sama. Secara kuantitatif presisi diukur dari standar
error, makin kecil kesalahan baku, makin besar tingkat presisi.
3)
Rencana
analisis
Rencana
analisis data dengan teknik analisis tertentu sangat menentukan besarnya sampel
yang harus diambil.
4)
Tergantung
pada ketersediaan biaya, tenaga dan waktu.
6.6 Ukuran Sampel
Berdasarkan
atas petimbangan penentuan ukuran sampel. Peneliti dapat menentukan ukuran
sampel yang dapat dipandang representatif mewakili populasi. Makin besar jumlah
sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil
dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar
kesalahan generalisasi. Selanjutnya berapakah jumlah sampel yang dipandang
representatif mewakili populasi? Jawabannya tergantung pada tingkat presisi
yang dikehendaki. Presisi yang dikehendaki dapat dipresentasikan dari derajat
kesalahan secara statistic apakah 1%, 5%, atau 10%. Semakin tinggi presisi yang
dikehendaki, semakin kecil tingkat kesalahan yang harus ditentukan. Derajat
kesalahan 1% memiliki presisi lebih tinggi daripada derajat kesalahan 5% atau
10%. Rumus yang dikembangkan Isaac dan Michael (sugiyono,2000; mantra, 2003)
untuk menentukan besarnya sampel berdasarkan tingkat kesalahan yang ditoleransi
1%, 5%, dan 10%.
6.7 Sumber Kesalahan Sampel
1)
Sampling
frame error
Adalah
kesalahan yang terjadi bila elemen sampel tertentu tidak diperhitungkan, atau
bila seluruh populasi tidak diwakili secara tepat oleh kerangka sampel.
2)
Random
sampling error
Adalah
kesalahan akibat adanya perbedaan antara hasil sampel dan hasil sensus yang
dilakukan dengan prosedur yang sama. Kesalahan ini dapat terjasi karena
fluktuasi statistik yang terjsi karena variasi peluang dalam elemen sampel yang
dipilih. Cara memperkecilnya adalah dengan meningkatkan jumlah sampel. Semakin
banyak sampel yang diambil, maka kesalahan sampel akan semakin menurun.
3)
Nonresponse
error
Adalah
kesalahan akibat perbedaan statistik antara survei yang hanya memasukkan mereka
yang merespon dan tidak mereka yang gagal merespon. Penyimpangan ini terjadi
akibat beberapa hal, yaitu :
ü Kesalahan perencanaan, seperti tidak
tepatnya pemakaian definisi, kriteria, satuan-satuan ukuran, dan lain-lain.
ü Penggantian sampel.
ü Salah tafsir petugas maupun
responden.
ü Salah tafsir responden
ü Responden sengaja salah menjawabnya.
ü Kesalahan dalam pengolahan data dan
penerbitannya.
Penyimpangan
yang terjadi karena kesalahan sampel dan kesalahan nonsampel disebut kesalahan
total. Kesalahan sampel dapat diperkecil dengan pemakaian metode pengambilan
sampel yang tepat, sedangkan kesalahan nonsampel dapat diperkecil dengan
perencanaan dan pelaksanaan yang diteliti dari penelitian yang bersangkutan.
6.8 Tahap Pemilihan Sampel
Setelah
jumlah sampel yang representatif dapat ditentukan, langkah selanjutnya adalah
pemilihan sampel. Sebelum dilakukan pemilihan sampel dengan terlebih dahulu
perlu dipahami mengenai unsure sampling dan kerangka sampling. Dalam suatu
populasi unsure-unsur atau elemen yang diambil sebagai sampel disebut unsure
sampling. Unsur sampling diambil dengan menggunakan kerangka sampling. Kerangka
sampel (Sample Frame) adalah representasi fisik dari objek, individu, kelompok
yang sangat penting dalam penentuan sampel. Kerangka sampling merupakan daftar
semua unsure sampling dalam populasi sampling.
Sebuah
kerangka sampling yang baik harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1)
Harus
meliputi seluruh unsure sampel (tidak satupun yang tertinggal)
2)
Tidak
ada unsure sampel yang dihitung dua kali
3)
Harus
up to date
4)
Batas-batasannya
harus jelas (siapa-siapa yang menjadi anggota rumah tangga)
5)
Harus
dapat dilacak di lapangan (Mantra dan Kasto, 1989, Mantra, 2003)
Tahap Proses
Pemilihan Sampel, meliputi:
1)
Penentuan
Populasi: menentukan apa yang menjadi elemen populasi (individu, organisasi,
produk)
2)
Penentuan
Unit Pemilihan Sampel: menentukan kelompok-kelompok elemen berdasarkan desain
sampel yang digunakan.
3)
Penentuan
Kerangka Pemilihan Sampel: menentukan daftar elemen dari setiap unit pemilihan
sampel.
4)
Penentuan
Desain Sampel: menentukan teknik sampling yang digunakan (probability sampling
atau non probability sampling)
5)
Penentuan
Jumlah Sampel: menentukan jumlah atau besarnya sampel yang digunakan dalam
penelitian.
6)
Pemilihan
Sampel: menentukan elemen yang akan menjadi sampel dari penelitian yang
dilakukan.
6.9 Metode Pengambilan Sampel /
Teknik Sampling
Probability
sampling merupakan cara pengambilan sampel secara random atau acak yang dapat
dilakukan dengan bilangan random, computer, maupun dengan undian. Bila
pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor
terlebih dulu sesuai dengan jumlah anggota populasi. Karena teknik pengambilan
sampel adalah random, maka setiap anggota populasi mempunyai peluang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel.
Ada dua
metoda pengambilan sampel, yaitu pengambilan sampel berbasis pada probabilitas
(pemilihan secara random) atau pengambilan sampel secara nonprobabilitias
(pemilihan nonrandom)
Secara probalititas (pemilihan secara
random), metoda-metoda yang dapat digunakan adalah:
1. Random
sederhana (simple random).
2. Random
komplek (complex random) yang dapat berupa sebaga berikut ini:
a)
Systematic random sampling.
b)
Cluster sampling.
c)
Stratified sampling.
d) Double
sampling.
Secara nonprobabilitas (pemilihan
non-random) dapat dilakukan metoda-metoda sebagai berikut:
1. Convenience.
2. Purposive,
terdiri dari:
a) Judgment.
b) Quota.
c) Snowball.
DAFTAR
PUSTAKA
http://warta-ekonomi.blogspot.com/2010/10/populasi-dan-sampel-dalam-metode.html.
Diakses Tanggal 23 Maret 2014,Pukul 16.54 pm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar